Enter your keyword

SD

  • null

    Sari Kusuma Dewi

    Head of SD Lazuardi GCS

KEPALA SD

Latar Belakang

Masa depan yang didalamnya anak-anak kita akan hidup, diprediksi akan memiliki berbagai ciri persaingan yang ketat, pergaulan global yang intens, perubahan-perubahan yang sangat cepat di berbagai bidang kehidupan dengan segala permasalahanya, serta tantangan sekaligus kebutuhan kepada kehidupan keberagamaan yang lebih bermoral. Di sisi lain, pendidikan pada umumnya, kurang mengarahkan proses belajar-mengajar kepada upaya-upaya pembangkitan kreativitas anak-didik, yang sesungguhnya merupakan kunci sukses anak-anak kita di masa depan.

Latar Belakang

Masa depan yang didalamnya anak-anak kita akan hidup, diprediksi akan memiliki berbagai ciri persaingan yang ketat, pergaulan global yang intens, perubahan-perubahan yang sangat cepat di berbagai bidang kehidupan dengan segala permasalahanya, serta tantangan sekaligus kebutuhan kepada kehidupan keberagamaan yang lebih bermoral. Di sisi lain, pendidikan pada umumnya, kurang mengarahkan proses belajar-mengajar kepada upaya-upaya pembangkitan kreativitas anak-didik, yang sesungguhnya merupakan kunci sukses anak-anak kita di masa depan.

Tujuan

Melahirkan manusia-manusia Indonesia yang beriman, berakhlak mulia, mencintai ilmu pengetahuan, terampil dalam mengembangkan ilmunya, kreatif, menguasai kemampuan-kemampuan dasar, memiliki wawasan luas, percaya diri, komunikatif, cinta lingkungan, serta memiliki keprihatinan sosial.

Tujuan

Melahirkan manusia-manusia Indonesia yang beriman, berakhlak mulia, mencintai ilmu pengetahuan, terampil dalam mengembangkan ilmunya, kreatif, menguasai kemampuan-kemampuan dasar, memiliki wawasan luas, percaya diri, komunikatif, cinta lingkungan, serta memiliki keprihatinan sosial.

Filosofi

  • Multiple
    Intelligence


    Setiap anak adalah pribadi yang unik dan memiliki potensi kecerdasan majemuk (multiple intelligences).

  • peer
    group


    Anak lebih cepat belajar di tengah lingkungan teman sebayanya (peer group).

  • CREATIVITY
    CONFIDENCE


    Kreativitas dan kepercayaan diri anak lahir dari suasana belajar yang menyenangkan, ramah, penuh kasih sayang, kontekstual, bersifat praktik (hands-on) dan mengaktifkan kemampuan berpikir (brain-based).

  • Learning
    Environment


    Lingkungannya merupakan laboratorium belajar yang tak terbatas.

  • Cooperative
    Society


    Keberhasilan pembelajaran hanya dapat dicapai jika ada kerjasama yang baik antara guru/sekolah, orang tua dan masyarakat secara keseluruhan.

Filosofi

  • Multiple
    Intelligence


    Setiap anak adalah pribadi yang unik dan memiliki potensi kecerdasan majemuk (multiple intelligences).

  • peer
    group


    Anak lebih cepat belajar di tengah lingkungan teman sebayanya (peer group).

  • CREATIVITY
    CONFIDENCE


    Kreativitas dan kepercayaan diri anak lahir dari suasana belajar yang menyenangkan, ramah, penuh kasih sayang, kontekstual, bersifat praktik (hands-on) dan mengaktifkan kemampuan berpikir (brain-based).

  • Learning
    Environment


    Lingkungannya merupakan laboratorium belajar yang tak terbatas.

  • Cooperative
    Society


    Keberhasilan pembelajaran hanya dapat dicapai jika ada kerjasama yang baik antara guru/sekolah, orang tua dan masyarakat secara keseluruhan.

Metoda Pengajaran

Dalam menyelenggarakan kegiatannya, Lazuardi GCS berupaya keras memanfaatkan temuan-temuan mutakhir di bidang pendidikan, seperti paradigma Multiple Intelegences, dan pembelajaran kontekstual (Contextual Learning) atau Active Learning. Kesemuanya itu diselenggarakan dalam suasana nyaman, ramah, akrab lingkungan dan menyenangkan.

Proses pembelajaran di kelas menggunakan pendekatan:

  1.       Project Based Learning (mulai kelas 1 sampai 6)

Pendekatan ini mengarahkan siswa untuk belajar melalui eksplorasi dalam menjawab pertanyaan inti (essential question) dari sebuah proyek yang diberikan. Siswa tidak hanya mempelajari konten bidang studi, namun menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk menghasilkan sebuah produk yang dapat menjawab essential question tersebut.

  1.       Sistem Blok (khusus kelas 1 sampai 3)

Khusus untuk pelajaran Bahasa, Bahasa Inggris dan Matematika, pada jenjang kelas 1 sampai dengan 3 menggunakan sistem blok. Melalui pendekatan ini siswa mempelajari suatu materi secara tuntas dalam rentang waktu tertentu.

  1.       Program Pembiasaan  

Untuk membanguan kebiasaan baik dan praktik keagamaan, program pembiasaan dilakukan setiap harinya. Pendekatan ini lakukan secara terprogram, contohnya adalah sholat Dzuhur berjama’ah, wudhu, pembiasaan uang amal, dll.

Metoda Pengajaran

Dalam menyelenggarakan kegiatannya, Lazuardi GCS berupaya keras memanfaatkan temuan-temuan mutakhir di bidang pendidikan, seperti paradigma Multiple Intelegences, dan pembelajaran kontekstual (Contextual Learning) atau Active Learning. Kesemuanya itu diselenggarakan dalam suasana nyaman, ramah, akrab lingkungan dan menyenangkan.

Proses pembelajaran di kelas menggunakan pendekatan:

  1.       Project Based Learning (mulai kelas 1 sampai 6)

Pendekatan ini mengarahkan siswa untuk belajar melalui eksplorasi dalam menjawab pertanyaan inti (essential question) dari sebuah proyek yang diberikan. Siswa tidak hanya mempelajari konten bidang studi, namun menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk menghasilkan sebuah produk yang dapat menjawab essential question tersebut.

  1.       Sistem Blok (khusus kelas 1 sampai 3)

Khusus untuk pelajaran Bahasa, Bahasa Inggris dan Matematika, pada jenjang kelas 1 sampai dengan 3 menggunakan sistem blok. Melalui pendekatan ini siswa mempelajari suatu materi secara tuntas dalam rentang waktu tertentu.

  1.       Program Pembiasaan  

Untuk membanguan kebiasaan baik dan praktik keagamaan, program pembiasaan dilakukan setiap harinya. Pendekatan ini lakukan secara terprogram, contohnya adalah sholat Dzuhur berjama’ah, wudhu, pembiasaan uang amal, dll.

FASILITAS SD

null

Lapangan Basket

null

Art Room

null

Radio sekolah

(diaktifkan oleh OSIS)

null

Kolam renang

null

Loker siswa

Loker siswa (per siswa)

null

Kamar mandi

Kamar mandi di setiap lantai dengan desain hasil karya siswa di dindingnya

null

Science Lab

Jas Lab, Peralatan Eksperimen

null

Computer Lab

Komputer, LED, AC

null

UKS, perawat

null

Music Room

Berbagai peralatan musik modern dan tradisional, AC, kedap suara

null

Ruang kelas

Ruang kelas semi moving class: ada display menarik hasil karya guru dan siswa, wastafel, rak sepatu/sandal

null

Ruang BK/Konseling

null

Ruang OSIS

null

Aula

Loker siswa (per siswa)

null

LED

LED di labkom dan kelas, projector, komputer dengan speaker di tiap kelas

FASILITAS SD

null

Lapangan Basket

null

Art Room

null

Radio sekolah

(diaktifkan oleh OSIS)

null

Ruang OSIS

null

Loker siswa

Loker siswa (per siswa)

null

Kamar mandi

Kamar mandi di setiap lantai dengan desain hasil karya siswa di dindingnya

null

Aula

Loker siswa (per siswa)

null

Science Lab

Jas Lab, Peralatan Eksperimen

null

Computer Lab

Komputer, LED, AC

null

UKS, perawat

null

Ruang kelas

Ruang kelas semi moving class: ada display menarik hasil karya guru dan siswa, wastafel, rak sepatu/sandal

null

Music Room

Berbagai peralatan musik modern dan tradisional, AC, kedap suara

null

Ruang BK/Konseling

null

LED

LED di labkom dan kelas, projector, komputer dengan speaker di tiap kelas

Unit Aktivitas

UA SATU TAHUN

Wajib semua sisiwa
Kelas-1: Choir
Kelas-2: Menari
Kelas-3: Musik Ritmis &MAngklung
Kelas-4: Musik Melodis & Marching Band
Kelas-5: Teater
Kelas-6: Budaya Sunda

UA SATU SEMESTER

Wajib semua sisiwa
Mengaji / BTQ
Tahsin / Tahfidz
Futsal
Permainan Tradisional
Handycraft / kerajinan tangan
Household / kerumahtanggaan
Melukis
Komputer
Pendidikan Lingkungan Hidup

EKSKUL

Pilihan Siswa
Airgocrafts

(art, painting, decorating, stitching, handycraft)

Robotic
Futsal
Memasak
Taekwondo
Memanah
Berenang

Unit Aktivitas

UA SATU TAHUN

Wajib semua sisiwa
Kelas-1: Choir
Kelas-2: Menari
Kelas-3: Musik Ritmis &MAngklung
Kelas-4: Musik Melodis & Marching Band
Kelas-5: Teater
Kelas-6: Budaya Sunda

UA SATU SEMESTER

Wajib semua sisiwa
Mengaji / BTQ
Tahsin / Tahfidz
Futsal
Permainan Tradisional
Handycraft / kerajinan tangan
Household / kerumahtanggaan
Melukis
Komputer
Pendidikan Lingkungan Hidup

EKSKUL

Pilihan Siswa
Airgocrafts

(art, painting, decorating, stitching, handycraft)

Robotic
Futsal
Memasak
Taekwondo
Memanah
Berenang

Clubs

Pramuka

Science

Maths

Bengkel Bahasa

Bahasa Inggris

Radio Sekolah

Futsal

PLH

Orchestra

CLUBS

Pramuka

Science

Maths

Bengkel Bahasa

Bahasa Inggris

Radio Sekolah

Futsal

PLH

Orchestra

Proses Belajar Mengajar

  • Materi kurikulum disampaikan melalui kegiatan-kegiatan yang berorientasi interaktivit:as, kreativitas dan nuansa fun dengan memanfaatkan sarana belajar dalam ruang (indoor) dan luar ruang (out door) baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah.

  • Menekankan pada penyediaan ruang seluas-luasnya bagi siswa untuk kreatif, mampu secara aktif belajar sendiri dan menemukan sendiri pengetahuan yang diperlukan. Proses belajar mengajar dirancang berorientasi siswa dan guru berperan sebagai fasilitator.

  • Memberikan perhatian khusus, selain pada aspek kognitif (konseptual), juga pada aspek-aspek afektif (emosi dan sikap) dan psikomotorik (praktik dan pembiasaan). Hal ini tidak hanya terbatas pada proses pembelajaran, melainkan juga pada penilaian (assessment) atas pencapaian siswa.

  • Melayani berbagai modalitas belajar, baik auditori, visual maupun konkret kinestetik.

  • Tanpa mengurangi disiplin, guru diharapkan bersikap sedemokratis mungkin serta membangun harga diri dan kepercayaan diri siswa.

Proses Belajar Mengajar

  • Materi kurikulum disampaikan melalui kegiatan-kegiatan yang berorientasi interaktivit:as, kreativitas dan nuansa fun dengan memanfaatkan sarana belajar dalam ruang (indoor) dan luar ruang (out door) baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah.

  • Menekankan pada penyediaan ruang seluas-luasnya bagi siswa untuk kreatif, mampu secara aktif belajar sendiri dan menemukan sendiri pengetahuan yang diperlukan. Proses belajar mengajar dirancang berorientasi siswa dan guru berperan sebagai fasilitator.

  • Memberikan perhatian khusus, selain pada aspek kognitif (konseptual), juga pada aspek-aspek afektif (emosi dan sikap) dan psikomotorik (praktik dan pembiasaan). Hal ini tidak hanya terbatas pada proses pembelajaran, melainkan juga pada penilaian (assessment) atas pencapaian siswa.

  • Melayani berbagai modalitas belajar, baik auditori, visual maupun konkret kinestetik.

  • Tanpa mengurangi disiplin, guru diharapkan bersikap sedemokratis mungkin serta membangun harga diri dan kepercayaan diri siswa.

Kurikulum

  • Kurikulum dirancang berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) DIKNAS yang telah dimodifikasi.

  • Pemberian penekanan khusus pada pengajaran agama yang berorientasi budi pekerti, pengembangan kemampuan berbahasa, serta keterampilan dibidang teknologi informasi.

  • Menerapkan sistem bilingual (penggunaan Bahasa inggris dan Bahasa indonesia) dalam proses belajar mengajar.

  • Program pengayaan yang merupakan kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler dikemas dalam unit aktifitas dan klub-klub yang meliputi pengayaan komputer, bahasa inggris, musik, vokalia, melukis, renang, bela diri, fun lab dan lain-lain.

Kurikulum

  • Kurikulum dirancang berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) DIKNAS yang telah dimodifikasi.

  • Pemberian penekanan khusus pada pengajaran agama yang berorientasi budi pekerti, pengembangan kemampuan berbahasa, serta keterampilan dibidang teknologi informasi.

  • Menerapkan sistem bilingual (penggunaan Bahasa inggris dan Bahasa indonesia) dalam proses belajar mengajar.

  • Program pengayaan yang merupakan kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler dikemas dalam unit aktifitas dan klub-klub yang meliputi pengayaan komputer, bahasa inggris, musik, vokalia, melukis, renang, bela diri, fun lab dan lain-lain.

Frequently Asked Questions

Tentang Beban Kurikulum

Lazuardi meminimumkan beban kurikulum hingga sebatas yang benar-benar diperlukan, sejalan dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, yakni mempersiapkan para siswanya untuk menjadi orang-orang yang sukses dan sejahtera secara fisik, mental, dan spiritual. Dengan kata lain, membekali mereka tidak hanya pengetahuan, namun juga ahklak, life skills dan kepekaan lingkungan,  sebagaimana dicanangkan oleh Kurikulum 2013.

Bagi Lazuardi, unsur-unsur life skills itu mencakup

  • Kecintaan kepada ilmu pengetahuan
  • Keterampilan belajar (mencari ilmu)
  • Keterampilan berkomunikasi, dalam berbagai bahasa khususnya bahasa Indonesia dan Inggris secara lisan, tertulis, maupun dengan mempergunakan tools lain, seperti komputer, audio-visual, dsb.
  • Kepercayaan diri
  • Akhlak mulia
  • Kepekaan Sosial
  • Penghargaan kepada lingkungan hidup

Penetapan mata pelajaran, tema-tema, dan topik-topik bahasan dilakukan dengan sepenuhnya mengacu kepada kebutuhan akan penanaman life skills tersebut di atas. Yang tidak sejalan dengan itu, meski masuk dalam Kurikulum Nasional, akan dihilangkan. Sementara yang perlu, dan belum tersedia, akan ditambahkan.

Dalam penyusunan kurikulum, Lazuardi juga belajar dari dan mengakomodasikan unsur-unsur yang baik dari berbagai pendidikan lain, baik di dalam maupun di luar negeri.

Tentang Keketatan Standar Pencapaian

Meski menyederhanakan beban kurikulum, sama sekali tak berarti bahwa Lazuardi hendak mengendorkan standar pencapaian atau prestasi siswa. Sebaliknya, pengurangan beban tersebut dilakukan justru agar tersedia cukup waktu dan sumberdaya untuk mencapai tingkat pencapaian maksimum dalam bidang-bidang yang menjadi sasaran pendidikan di Lazuardi seperti tersebut di atas. Tegasnya, Lazuardi menetapkan dan mengejar tingkat tertinggi pencapaian para siswanya.

Tentang Ketiadaan Tes Masuk dan Observasi

Ketiadaan tes masuk sama sekali tak ada hubungannya dengan standar prestasi yang hendak dicapai. Tes masuk ditiadakan karena sedikitnya 2 alasan :

  • Agar tak ada diskriminasi berdasar kemampuan akademik anak. Menurut keyakinan para pendiri Lazuardi, setiap anak berhak mendapatkan pendidikan terbaik. Bahkan Lazuardi menerima siswa yang memiliki kebutuhan khusus yang sesungguhnya secara potensial dapat menghambat perkembangan kegiatan belajarnya.
  • Kedua, Lazuardi percaya bahwa sekolah yang baik adalah yang dapat mengembangkan potensi siswanya, seperti apa pun kesiapan-akademiknya, menuju kehidupan yang sukses dan sejahtera.

Sebagai ganti tes masuk, Lazuardi mewajibkan para siswanya yang telah diterima semata-mata on first come first served basis untuk mengikuti observasi. Observasi ini dilakukan semata-mata untuk mengumpulkan informasi akan kesiapan, kelebihan, dan kekurangan siswa agar dengan demikian bisa dirancang kegiatan pembelajaran yang sesuai untuk masing-masing siswa tersebut.

Lazuardi juga menerapkan sistem remedial untuk siswa yang terlambat, dan pengayaan untuk siswa yang memiliki kelebihan di bidang-bidang tertentu.

Tentang Fun Learning, Suasana Demokratis, dan Disiplin

Meski sepenuhnya percaya bahwa para siswa akan belajar paling baik dalam suasana nyaman, fun, dan demokratis, Lazuardi juga percaya pada keharusan menegakkan disiplin di kalangan para siswanya. Menciptakan lingkungan yang nyaman, fun, serta demokratis merupakan suatu hal, sedang penegakan disiplin adalah hal lain. Bahkan, pendekatan belajar-mengajar yang fun dan demokratis justru lebih membutuhkan disiplin yang ketat agar tidak terjadi chaos.

Pendisiplinan siswa dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal sedapat mungkin ditetapkan sebagai konsensus dengan para siswa sendiri adil, serta tidak merusak harga diri dan kepercayaan diri siswa. Di sini perlu dikembangkan apa yang biasa disebut sebagai disiplin positif.

Tentang Hafalan

Hafalan dibatasi (diminimumkan) hanya pada hal-hal yang tak bisa tidak memang harus dihafal, seperti contohnya aritmatika, bacaan shalat dan doa-doa, dan sebagainya. Selebihnya hafalan tidak diperlukan. Jika seorang siswa sudah memiliki kecintaan kepada ilmu pengetahuan, dan tahu caranya mencari ilmu, maka keberadaan alat-alat teknologi (menyimpan dan mencari) informasi seperti komputer, internet, yang di masa-masa yang akan datang akan menjadi lebih praktis, kecil, ringan, powerful, dan affordable sudah cukup untuk menggantikan fungsi hafalan, sekaligus dalam terus meng-update wawasan dan pengetahuan.

Hal ini mengingat, bahwa cepatnya perubahan zaman, akan banyak bahan yang telah dihafal kehilangan relevansinya (kedaluwarsa, obsolete) ketika anak-anak menjadi dewasa. Belum lagi jika kita sadari bahwa banyak bahan yang dihafal kenyatannya mudah terlupa.

Tentang Pekerjaan Rumah

Pekerjaan rumah yang menyita waktu siswa untuk kegiatan bermain, bersosialisasi dengan keluarga, dan kegiatan-kegiatan tambahan di luar sekolah, serta membebani juga diminimumkan. Meski demikian, tetap diperlukan pekerjaan rumah untuk pelajaran-pelajaran yang memerlukan banyak latihan (drill) seperti membaca, menulis, matematika dan kegiatan-kegiatan (projects) yang membutuhkan interaksi dengan lingkungan luar sekolah, wawancara, penelitian, dan sebagainya.

Namun, kapan saja dimungkinkan, hendaknya PR-PR tersebut juga mengandung unsur yang menyenangkan bagi siswa sehingga tak terlalu menambah beban dan tingkat stres siswa (kadang-kadang juga keluarganya).

Tentang Penerapan Bilingual Teaching

Bilingual Teaching, yakni penggunaan Bahasa Inggris di samping bahasa Indonesia sebagai medium pengajaran, dilakukan secara bertahap sesuai dengan kesiapan siswa dan guru. Program ini dimulai pada tahun ajaran 2003/2004. Penerapan program ini secara relatif penuh dimulai dengan kelas I SD pada tahun ajaran itu dan berlanjut untuk kelas-kelas I pada tahun-tahun setelah itu. Sehingga,diharapkan, program bilingual ini bisa diterapkan dengan penuh pada tahun ke-6 setelah pencanangannya (Tahun ajaran 2009/2010). Pemilihan kelas I ini terutama diambil karena sebagian besar siswa kelas I adalah lulusan TK Lazuardi yang relatif sudah lebih siap. Meskipun demikian, di kelas-kelas lain metode bilingual juga diterapkan sesuai kesiapan siswa.

Tentang Text Books dan Bahan Ajar

Karena tak sepenuhnya mengikuti Kurikulum Nasional, maka Lazuardi juga tak sepenuhnya menggunakan text books yang dibuat berdasar kurikulum Nasional tersebut. Saat ini SD Lazuardi mempergunakan buku yang dipakai di sekolah Singapura (Seri My Pals) karena sejauh ini diangap paling sesuai dengan kurikulum khas Lazuardi. Selain itu, digunakan juga handouts yang dikembangkan sendiri oleh para guru. Secara bertahap diharapkan kumpulan handouts akan menjadi bahan ajar utama di Lazuardi.

Juga, terbuka kemungkinan di waktu-waktu yang tepat digunakan text book pendukung lain, bisa dari Eropa, atau Amerika, atau dari negara-negara lain, atau bahkan dari dalam negeri juga. Penggunan text books berbahasa Inggris diharapkan juga dapat lebih mendukung program bilingual teaching.

Tentang Tes dan Ujian

Bahan-bahan untuk keperluan penilaian (assesment) dan ujian (examination) dipilih yang sepenuhnya sejalan dngan kurikulum khas Lazuardi. Kecuali dalam bidang-bidang tertentu yang memang membutuhkan hafalan seperti disinggung sebelumnya penilaian dan ujian diarahkan untuk menilai pemahaman dan penguasaan siswa atas dasar-dasar ilmu dan wawasan umum, bukan hafalan-hafalan.

Penilaian juga tak hanya mengambil bentuk tes tertulis, melainkan juga tes praktik maupun kenyataan praktik sehari-hari siswa dalam kehidupan sekolah, sesuai dengan sifat kemampuan yang diharapkan dari siswa apakah kognitif, afektif, atau psikomotorik.

Bobot penilaian antara tes tertulis, tes praktik, dan kenyataan praktik sehari-hari untuk masing-masing bidang pelajaran bisa bervariasi tergantung pada jenis kemampuan yang diharapkan tersebut. Misal, pada tes olah raga, nilai tes praktik akan jauh lebih besar dari nilai tes tertulis, demikian juga mengaji dan melakukan ibadah-ibadah ritual. Dalam bidang akhlak, kenyataan praktik sehar-hari siswa diberi bobot paling besar.

Tes diselenggarakan terutama untuk meng-endorse penguasan siswa, dan mendapatkan feed back bagi kegiatan belajar-mengajar (baik untuk sekolah, guru, maupun siswa sendiri), dan bukan untuk menghukum.

Tentang Kesiapan Siswa Menghadapi Standar non-Lazuardi (Ujian Akhir, Ujian Masuk ke Jenjang Lebih Tinggi, dan Jika Siswa Pindah Sekolah di Tengah Jalan)

Untuk menghadapi ujian akhir atau ujian masuk ke jenjang yang lebih tinggi, Lazuardi menyediakan waktu khusus dan secukupnya (sedikitnya satu semester terakhir) menjelang ujian-ujian tersebut untuk men-drill para siswa dengan unsur-unsur kurikulum nasional yang tidak tercakup dalam kurikulum khas Lazuardi dalam semacam bimbingan tes in house. Penyediaan waktu ini dapat dimungkinkan mengingat kurikulum khas Lazuardi bisa diselesaikan lebih cepat sehubungan dengan pengurangan beban kurikulum nasional yang dilakukannya.

Berdasar pengamatan Lazuardi, ujian-ujian terstandardisasikan yang bersifat nasional dan masih berorientasi kurikulum model tradisional akan makin kurang kepentingannya. Ujian akhir SD sudah dihilangkan, kemungkinan besar juga SMP, bahkan SMA. Kalau pun ada, fungsinya akan diarahkan sebagai alat untuk mendapatkan feed back bagi pemerintah mengenai kualitas umum pendidikan nasional kita.

Ujian masuk sekolah pun kemungkinan akan lebih berorientasi kepada aptitude test yang menguji kemampuan dasar dan umum, yang tak membutuhkan penguasaan mendetil dan hafalan terhadap suatu spektrum luas tema-tema dan topik bahasan. Yakni semacam SAT (Standard Aptitude Test) dan GRE (General Record Examination) yang selama ini sudah diterapkan di negara-negara maju. Kecenderungan ini sudah mulai terlihat dalam tes masuk PT-PT berkualitas di negeri kita, seperti ITB, UGM, IPB, dan sebagainya. Diduga kecenderungan seperti ini akan makin nyata di masa-masa mendatang.

Dalam hal siswa terpaksa harus pindah sekolah di tengah jalan, diharapkan orang tua dapat mencarikan sekolah yang memiliki kesejalanan dengan konsep Lazuardi. Atau, kalau tidak, diharapkan keterampilan belajar siswa yang telah ditanamkan di Lazuardi dapat membantu anak mengejar tema-tema bahasan yang belum dikuasainya.

Tentang Kaidah Semua Anak Naik Kelas

Lazuardi menganggap sebagaimana sistem yang diterapkan di negara-negara maju, siswa harus menempati jenjang pendidikan berdasar usianya. Membiarkan anak tetap tinggal di kelasnya yang lama karena kurangnya prestasi akademik, lebih banyak merugikan siswa ketimbang menguntungkan. Hal seperti ini lebih sering merusak self confident siswa, mencerabutnya dari jaringan-sosialnya, dan dengan demikian tidak banyak membantu membangkitkan semangatnya. Yang sering terjadi, anak yang tinggal kelas akan terus mundur prestasinya. Yang lebih diperlukan adalah program remedial dan upaya untuk membangkitkan semangat belajar siswa yang mundur. Khususnya untuk jenjang-jenjang pendidikan rendah, keberhasilan siswa masih amat tergantung dan lebih merupakan tanggung jawab guru dan sekolah.

Siswa dapat saja tidak dinaikkan kelas karena alasan-alasan yang amat khusus, umumnya terkait dengan persoalan sikap, misal banyak melanggar kedisiplinan dan aturan sekolah sering tidak masuk sekolah ditambah kurangnya perhatian orang tua, atau karena alasan-alasan lain yang dapat diterima. Namun, sebelumnya sudah harus dilakukan peringatan dan diambil tindakan-tindakan seperlunya. Keputusan untuk tak menaikkan kelas harus mendapatkan approval dari Direktur Sekolah.

Tentang Nilai Penting Membaca dan Menulis

Perlu penekanan khusus pada peningkatan kemampuan membaca dan menulis siswa. Karena, kegiatan membaca dan menulis sudah disepakati amat sentral dalam menentukan kesuksesan, sekaligus menunjang pencapaian kesejahteraan dan kebahagiaan hidup. Membaca bukan saja menambah ilmu dan wawasan yang makin krusial dalam lingkungan yang berubah secara amat cepat melainkan juga dapat meningkatkan daya tahan (resilience. Adversity Quotient), sekaligus juga memiliki unsur eksistensial dan terapeutik. Menulis adalah medium ekspresi dan komunikasi, serta memiliki juga unsur terapeutik. (Dalam hubungannya dengan kegiatan menulis ini, kegiatan membaca juga memiliki peran yang amat menetukan). Sepintar apapun dan seluas apa pun wawasan seseorang, kesemuanya itu tak akan banyak berguna jika tak terkomunukasikan.

Tentang Prinsip Pendidikan Inklusi

Lazuardi percaya bahwa setiap anak dapat didik untuk hidup sejahtera dan berhak untuk mendapatkan pendidikan yang terbaik. Di sisi lain, Lazuardi juga percaya bahwa anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus (special needs) akan terdidik dengan cara paling baik jika diakomodasi dalam sebuah pendidikan umum bersama anak-anak yang tak memiliki kebutuhan khusus. Menempatkan anak-anak seperti ini dalam suatu pendidikan khusus, meski mungkin lebih praktis, hanya akan mempersempit dunianya, dan memperkecil ruangnya untuk belajar lebih banyak dari dunia yang lebih luas. Sekaligus juga lebih memungkinkan mereka untuk memola cara-hidup mereka sesuai dengan cara hidup orang-orang yang tak memiliki kebutuhan khusus pada umumnya.

Meski demikian, Lazuardi juga menyadari bahwa anak-anak dengan kebutuhan khusus seperti ini memerlukan sebatas tertentu terapi untuk mengatasi atau mengurangi hambatan akibat kebutuhan-kebutuhan-khusus mereka tersebut. Karena itu, Lazuardi juga menyediakan kelas khusus dengan nama Kelas Pelangi untuk menyelenggarakan terapi-terapi tambahan seperti itu. Sejalan dengan itu, Lazuardi juga mempekerjakan terapis-terapis yang ahli di bidangnya untuk menangani anak-anak dengan kebutuhan khusus seperti ini.

Pada praktitknya, keberadaan anak-anak dengan kebutuhan khusus ini ternyata juga memberikan dampak positif pada anak-anak lainnya. Yakni, dalam bentuk tumbuhnya kasih sayang dan rasa pengertian kepada teman-teman spesial mereka ini. Secara tidak langsung, hal ini menjadi semacam medium pendidikan emotional intelligence (khususnya aspek interpersonal intelligence), yang terbukti akan amat bermanfaat bagi kesuksesan hidup mereka kelak,

Tentang Pengajaran Agama

Pengajaran agama di Lazuardi, selain dimaksudkan untuk memberikan keterampilan menjalankan ibadah, diarahkan terutama untuk menanamkan akhlak mulia kepada para siswanya. Karenanya, orientasinya lebih kepada ranah afektif (sikap) dan psikomotorik praktis), ketimbang kognitif.

Selain itu, pengajaran juga diarahkan kepada penghayatan agama yang bersifat terbuka dan progresif, yakni sejalan dengan kemajuan dan kebutuhan zaman, tanpa mengorbankan prinsip-prinsip dasar agama. Termasuk di dalamnya toleransi inter dan antaragama, yakni toleransi kepada berbagai kelompok di lingkungan persaudaraan Islam, maupun kepada masyarakat beragama lain.

Apakah Project-Based Learning?

Project-Based Learning(PBL) adalah pendekatan pengajaran yang secara sistematik melibatkan siswa secara aktif dalam memperoleh pengetahuan, meningkatkan pemahaman dan kecakapan hidup melalui serangkaian proses penyelidikan dan pencarian informasi yang memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat kompleks dan autentik dalam kegiatan atau proyek tertentu.

Project-Based Learning merupakan pendekatan dinamis terhadap pengajaran dan pembelajaran yang semakin diterima di dunia pendidikan. Kegiatan pembelajaran PBL, di mana siswa mengeksplorasi masalah dan tantangan dunia nyata, semakin populer dan terbukti melibatkan minat dan motivasi diri siswa.

Apakah Project-Based Learning sama dengan project yang biasa ditugaskan guru selama ini?

Penugasan project selama ini  memang cukup berhasil, namun tidak semua “project” mengarah pada pembelajaran.  Seringkali project dikerjakan sendiri tanpa mempertimbangkan pentingnya kerja sama kelompok atau malah dikerjakan oleh orangtua. Bahkan jika dilakukan dalam kelompok, kontribusi siswa secara individual tidak terlihat, atau tidak semua anggota tim berperan secara memadai. Kelemahan lain adalah penilaian yang lebih menekankan pada hasil  tinimbang proses.

Project-Based Learning mengatasi masalah tersebut dengan adanya metodologi yang tepat. Sebuah project yang baik harus berakar dari riset dan memiliki tiga unsur penting: penguasaan konten, penggunaan dan pengembangan keterampilan menyelesaikan masalah dan kecakapan lain yang termasuk dalam Kecakapan Abad Ke-21, serta penguasaan mendalam tentang subyek yang dipelajari.

Apa saja faktor-faktor penting dalam kerangka pembelajaran Project-Based Learning?

Project-Based Learning dirancang dengan mempertimbangkan beberapa faktor penting:

  • Lingkungan belajar yang aman dan terhormat
    • Keamanan fisik dan intelektual bagi semua siswa harus dilindungi sehingga siswa dapat mengambil risiko yang dituntut dalam situasi project yang kompleks. Guruharus menetapkan batas-batas perilaku yang jelas dan mendukung suatu

 

  • atmosfer di mana gagasan yang berbeda dapat bersanding dengan saling menghormati.

 

  • Hubungan guru dan siswa yang personal
    • Guruharus mengenal siswanya dengan cukup baik untuk menjadi mitra pendidik orangtua di sekolah. Ini membutuhkan niat membangun hubungan baik dengan siswa, bersedia mendengarkan dengan hormat dan aktif, dan menyediakan kesempatan nyata bagi siswa untuk turut membentuk lingkungan belajar mereka.
  • Hubungan sesama siswa yang produktif
    • Kemampuan kerjasama tim yang baik yang disyaratkan sebagian besar project membutuhkan lingkungan kelas di mana siswa saling mengenal, mempercayai dan menghargai serta siap terlibat dalam situasi kolaborasi yang kental.
  • Transformasi peran guru
    • PBL mengubah peran guru dari penyedia materi menjadi koordinator pembelajaran. Guruakan mengurangi waktu menerangkan dan mengarahkan, dan sebaliknya akan lebih banyak merencakan, mengamati, mendengarkan, melatih, memfasilitasi dan membentuk karakter.
  • Keterlibatan dan komitmen guru yang semakin intens
    • Guru harus memberi teladan komitmen yang tinggi. Ini berarti bersedia melakukan lebih dari yang diharapkan siswa, merespon kebutuhan individual, mempertahankan harapan keberhasilan bagi semua, dan menolak membiarkan siswa “bersembunyi” atau lolos dengan usaha yang setengah-setengah.
  • Keterlibatan orangtua dalam pembelajaran
    • Orangtua dapat memainkan peran penting dengan membantu siswa dalam proses penyidikan dan pencarian (inquiry), menyediakan sumberdaya tambahan, mendampingi siswa dalam kunjungan belajar yang sesuai dan menjadi penonton dalam eksibisi publik.
  • Kemitraan dengan masyarakat
    • Organisasi kemasyarakatan, perusahaan, dan institusi pendidikan tinggi juga dapat mendukung PBL dalam berbagai cara. Beberapa mitra dapat menyediakan project pendorong (impetusproject) dengan memberdayakan siswa untuk memecahkan masalah riil untuk sekolah, perusahaan atau organisasi mereka. Pihak lain dapat bekerjasama dengan menyediakan mentor, pengarah project, pakar, dan panel penilai unjuk kerja.

Bagaimana teknis penerapan Project-Based Learning di Lazuardi GCS?

Pada tahun ajaran 2013-2014, telah dibuka satu kelas program PBL di Kelas 1, sementara Kelas 1 lainnya tetap menjalankan program reguler. Siswamengikuti model PBL mulai Kelas1 hingga Kelas5. Di Kelas 6, siswa akan mengikuti persiapan Ujian Nasional secara intensif untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Bagi siswa program PBL, mata pelajaran Bahasa Indonesia, Social Studies, Science, Health, Math dan PKn akan terintegrasi dalam project mereka. Siswa program PBL akan bergabung dengan siswa program reguler dalam mata pelajaran lain seperti dalam Olahraga, Art, Pendidikan Islam, English Language Arts; dan kegiatan tambahanseperti Club dan Unit Activity.

Apakah ada kriteria khusus bagi peserta program PBL?

Kegiatan belajar dengan pendekatan Project-Based Learning  mensyaratkan kemandirian siswa dan dukungan orangtua untuk secara intens terlibat dalam pembelajaran. Selain kedua hal tersebut, tidak ada persyaratan lain. Biaya program Project-Based Learning sama dengan biaya kelas reguler.Jika orangtua berminat mengikutsertakan putra/putrinya dalam program ini, silakan menghubungi sekolah untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut.

Apakah yang dimaksud dengan LSP (Lower Secondary Programme)?

Cambridge Lower Secondary Program adalah program Cambridge University, Inggris, untuk peningkatan kualitas pedidikan menengah pertama (SMP) – khususnya dalam 3 bidang utama, Bahasa Inggris, Matematika dan Sains.

Notes: LSP ini masih tercantum di brosur. Ada informasi bahwa LSP sudah di update dengan program Secondary 1. (bisa di cross check ke ASEO)

Bagaimana dengan siswa tidak bisa berbahasa Inggris yang mengikuti kurikulum Cambridge?

SMP Lazuardi mengadakan berbagai program pengembangan bahasa Inggris. Dengan kemauan yang kuat dan penuh rasa percaya diri, siswa yang belum terbiasa berbahasa Inggris seiring perjalanan waktu akan terbiasa berbahasa Inggris. Begitu pula dengan penggunaan bahasa Inggris dalam pembelajaran berkurikulum Cambridge di kelas.

Lulusan SMP Lazuardi melanjutkan ke SMA mana saja?

Ada yang melanjutkan ke SMA Negeri (Depok dan Jakarta), ada yang melanjutkan ke SMA swasta.

Bagaimana chance SMP Lazuardi untuk masuk ke SMA Negeri?

Berdasarkan pengalaman siswa-siswa yang sudah lulus, banyak siswa yang dapat melanjutkan ke SMA negeri. Baik alumni siswa kami yang berasal dari SMA negeri atau swasta pun pada akhirnya tetap dapat melanjutkan ke universitas negeri.

Apakah sering terjadi bullying?

Kemungkinan Bullying  sangat kecil terjadi karena banyaknya program yang dilakukan SMP Lazuardi untuk menekannya, antara lain: guru kelas stand by di kelas. Setiap guru fokus dan mengawasi perilaku siswa. Ada jadwal guru piket di setiap kegiatan rutin dan keseharian siswa,. Pelaksanaan pembelajaran program Unit Aktivitas yang setiap kelompoknya terdiri atas gabungan siswa ketiga jenjang (7-9) sehingga siswa terlatih untuk bekerja sama dan berinteraksi dengan welas asih.

Seberapa banyak materi pelajaran agama Islam yang diberikan dan dalam bentuk apa saja?

Selain materi pelajaran sesuai kurikulum 2013, SMP Lazuardi memiliki banyak program pelajaran Agama Islam yang diterapkan dalam keseharian siswa di sekolah. Antara lain mengaji, ratiban, shalat berjamaah, doa bersama. Selain itu, siswa mengikuti kegiatan rutin berdasarkan waktu tertentu, yaitu Tahajud Bersama yang diadakan sekitar2-3 kali dalam setahun  dan kegiatan perayaan hari-hari besar Agama Islam.

Apa saja kegiatan ekskul yang diadakan di sekolah?

Antara lain ekskul panahan, renang, taekwondo, mangaa, mini orkestra.

Apakah tersedia fasilitas antar jemput?

Ya, tersedia sesuai area yang ditentukan oleh sekolah.

Pukul berapa kegiatan pembelajaran dimulai dan selesai?

Pembelajaran dimulai pukul  7.30 dan selesai pada pukul 14.35 WIB.

Bagaimana persiapan UN nanti?

Seluruh kegiatan pembelajaran siswa kelas 9 akan difokuskan pada persiapan Ujian Nasional (UN). Persiapan yang dilakukan adalah: try out, latihan soal di kelas, bimbingan belajar bersama guru-guru di sekolah dengan jadwal khusus

Perbedaan antara ekskul, UA, dan club

Ekskul (ekstrakurikuler) adalah kegiatan yang dapat dipilih siswa sesuai minatnya dan tidak termasuk dalam materi pembelajaran. Diadakan saat pulang sekolah atau hari Sabtu, memerlukan biaya khusus jika siswa ingin mengikutinya.

UA (Unit Aktivitas) adalah kegiatan pembelajaran (program pengembangan life skills)yang terbagi atas beberapa paket, sudah termasuk dalam biaya sekolah, dan wajib diikuti oleh seluruh siswa. Setiap paket terdiri dari beberapa bidang: olahraga, musik, Art, pengembangan diri, dan IT.

Club adalah program pengembangan khusus siswa yang berbakat/berpotensi dalam bidang tertentu, contohnya: Club Band, Club Science. Tidak dikenakan biaya untuk bergabung dalam club tertentu. Keikutsertaannya atas rekomendasi guru.

GENERAL

Tentang Beban Kurikulum

Lazuardi meminimumkan beban kurikulum hingga sebatas yang benar-benar diperlukan, sejalan dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, yakni mempersiapkan para siswanya untuk menjadi orang-orang yang sukses dan sejahtera secara fisik, mental, dan spiritual. Dengan kata lain, membekali mereka tidak hanya pengetahuan, namun juga ahklak, life skills dan kepekaan lingkungan,  sebagaimana dicanangkan oleh Kurikulum 2013.

Bagi Lazuardi, unsur-unsur life skills itu mencakup

  • Kecintaan kepada ilmu pengetahuan
  • Keterampilan belajar (mencari ilmu)
  • Keterampilan berkomunikasi, dalam berbagai bahasa khususnya bahasa Indonesia dan Inggris secara lisan, tertulis, maupun dengan mempergunakan tools lain, seperti komputer, audio-visual, dsb.
  • Kepercayaan diri
  • Akhlak mulia
  • Kepekaan Sosial
  • Penghargaan kepada lingkungan hidup

Penetapan mata pelajaran, tema-tema, dan topik-topik bahasan dilakukan dengan sepenuhnya mengacu kepada kebutuhan akan penanaman life skills tersebut di atas. Yang tidak sejalan dengan itu, meski masuk dalam Kurikulum Nasional, akan dihilangkan. Sementara yang perlu, dan belum tersedia, akan ditambahkan.

Dalam penyusunan kurikulum, Lazuardi juga belajar dari dan mengakomodasikan unsur-unsur yang baik dari berbagai pendidikan lain, baik di dalam maupun di luar negeri.

Tentang Keketatan Standar Pencapaian

Meski menyederhanakan beban kurikulum, sama sekali tak berarti bahwa Lazuardi hendak mengendorkan standar pencapaian atau prestasi siswa. Sebaliknya, pengurangan beban tersebut dilakukan justru agar tersedia cukup waktu dan sumberdaya untuk mencapai tingkat pencapaian maksimum dalam bidang-bidang yang menjadi sasaran pendidikan di Lazuardi seperti tersebut di atas. Tegasnya, Lazuardi menetapkan dan mengejar tingkat tertinggi pencapaian para siswanya.

Tentang Ketiadaan Tes Masuk dan Observasi

Ketiadaan tes masuk sama sekali tak ada hubungannya dengan standar prestasi yang hendak dicapai. Tes masuk ditiadakan karena sedikitnya 2 alasan :

  • Agar tak ada diskriminasi berdasar kemampuan akademik anak. Menurut keyakinan para pendiri Lazuardi, setiap anak berhak mendapatkan pendidikan terbaik. Bahkan Lazuardi menerima siswa yang memiliki kebutuhan khusus yang sesungguhnya secara potensial dapat menghambat perkembangan kegiatan belajarnya.
  • Kedua, Lazuardi percaya bahwa sekolah yang baik adalah yang dapat mengembangkan potensi siswanya, seperti apa pun kesiapan-akademiknya, menuju kehidupan yang sukses dan sejahtera.

Sebagai ganti tes masuk, Lazuardi mewajibkan para siswanya yang telah diterima semata-mata on first come first served basis untuk mengikuti observasi. Observasi ini dilakukan semata-mata untuk mengumpulkan informasi akan kesiapan, kelebihan, dan kekurangan siswa agar dengan demikian bisa dirancang kegiatan pembelajaran yang sesuai untuk masing-masing siswa tersebut.

Lazuardi juga menerapkan sistem remedial untuk siswa yang terlambat, dan pengayaan untuk siswa yang memiliki kelebihan di bidang-bidang tertentu.

Tentang Fun Learning, Suasana Demokratis, dan Disiplin

Meski sepenuhnya percaya bahwa para siswa akan belajar paling baik dalam suasana nyaman, fun, dan demokratis, Lazuardi juga percaya pada keharusan menegakkan disiplin di kalangan para siswanya. Menciptakan lingkungan yang nyaman, fun, serta demokratis merupakan suatu hal, sedang penegakan disiplin adalah hal lain. Bahkan, pendekatan belajar-mengajar yang fun dan demokratis justru lebih membutuhkan disiplin yang ketat agar tidak terjadi chaos.

Pendisiplinan siswa dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal sedapat mungkin ditetapkan sebagai konsensus dengan para siswa sendiri adil, serta tidak merusak harga diri dan kepercayaan diri siswa. Di sini perlu dikembangkan apa yang biasa disebut sebagai disiplin positif.

Tentang Hafalan

Hafalan dibatasi (diminimumkan) hanya pada hal-hal yang tak bisa tidak memang harus dihafal, seperti contohnya aritmatika, bacaan shalat dan doa-doa, dan sebagainya. Selebihnya hafalan tidak diperlukan. Jika seorang siswa sudah memiliki kecintaan kepada ilmu pengetahuan, dan tahu caranya mencari ilmu, maka keberadaan alat-alat teknologi (menyimpan dan mencari) informasi seperti komputer, internet, yang di masa-masa yang akan datang akan menjadi lebih praktis, kecil, ringan, powerful, dan affordable sudah cukup untuk menggantikan fungsi hafalan, sekaligus dalam terus meng-update wawasan dan pengetahuan.

Hal ini mengingat, bahwa cepatnya perubahan zaman, akan banyak bahan yang telah dihafal kehilangan relevansinya (kedaluwarsa, obsolete) ketika anak-anak menjadi dewasa. Belum lagi jika kita sadari bahwa banyak bahan yang dihafal kenyatannya mudah terlupa.

Tentang Pekerjaan Rumah

Pekerjaan rumah yang menyita waktu siswa untuk kegiatan bermain, bersosialisasi dengan keluarga, dan kegiatan-kegiatan tambahan di luar sekolah, serta membebani juga diminimumkan. Meski demikian, tetap diperlukan pekerjaan rumah untuk pelajaran-pelajaran yang memerlukan banyak latihan (drill) seperti membaca, menulis, matematika dan kegiatan-kegiatan (projects) yang membutuhkan interaksi dengan lingkungan luar sekolah, wawancara, penelitian, dan sebagainya.

Namun, kapan saja dimungkinkan, hendaknya PR-PR tersebut juga mengandung unsur yang menyenangkan bagi siswa sehingga tak terlalu menambah beban dan tingkat stres siswa (kadang-kadang juga keluarganya).

Tentang Penerapan Bilingual Teaching

Bilingual Teaching, yakni penggunaan Bahasa Inggris di samping bahasa Indonesia sebagai medium pengajaran, dilakukan secara bertahap sesuai dengan kesiapan siswa dan guru. Program ini dimulai pada tahun ajaran 2003/2004. Penerapan program ini secara relatif penuh dimulai dengan kelas I SD pada tahun ajaran itu dan berlanjut untuk kelas-kelas I pada tahun-tahun setelah itu. Sehingga,diharapkan, program bilingual ini bisa diterapkan dengan penuh pada tahun ke-6 setelah pencanangannya (Tahun ajaran 2009/2010). Pemilihan kelas I ini terutama diambil karena sebagian besar siswa kelas I adalah lulusan TK Lazuardi yang relatif sudah lebih siap. Meskipun demikian, di kelas-kelas lain metode bilingual juga diterapkan sesuai kesiapan siswa.

Tentang Text Books dan Bahan Ajar

Karena tak sepenuhnya mengikuti Kurikulum Nasional, maka Lazuardi juga tak sepenuhnya menggunakan text books yang dibuat berdasar kurikulum Nasional tersebut. Saat ini SD Lazuardi mempergunakan buku yang dipakai di sekolah Singapura (Seri My Pals) karena sejauh ini diangap paling sesuai dengan kurikulum khas Lazuardi. Selain itu, digunakan juga handouts yang dikembangkan sendiri oleh para guru. Secara bertahap diharapkan kumpulan handouts akan menjadi bahan ajar utama di Lazuardi.

Juga, terbuka kemungkinan di waktu-waktu yang tepat digunakan text book pendukung lain, bisa dari Eropa, atau Amerika, atau dari negara-negara lain, atau bahkan dari dalam negeri juga. Penggunan text books berbahasa Inggris diharapkan juga dapat lebih mendukung program bilingual teaching.

Tentang Tes dan Ujian

Bahan-bahan untuk keperluan penilaian (assesment) dan ujian (examination) dipilih yang sepenuhnya sejalan dngan kurikulum khas Lazuardi. Kecuali dalam bidang-bidang tertentu yang memang membutuhkan hafalan seperti disinggung sebelumnya penilaian dan ujian diarahkan untuk menilai pemahaman dan penguasaan siswa atas dasar-dasar ilmu dan wawasan umum, bukan hafalan-hafalan.

Penilaian juga tak hanya mengambil bentuk tes tertulis, melainkan juga tes praktik maupun kenyataan praktik sehari-hari siswa dalam kehidupan sekolah, sesuai dengan sifat kemampuan yang diharapkan dari siswa apakah kognitif, afektif, atau psikomotorik.

Bobot penilaian antara tes tertulis, tes praktik, dan kenyataan praktik sehari-hari untuk masing-masing bidang pelajaran bisa bervariasi tergantung pada jenis kemampuan yang diharapkan tersebut. Misal, pada tes olah raga, nilai tes praktik akan jauh lebih besar dari nilai tes tertulis, demikian juga mengaji dan melakukan ibadah-ibadah ritual. Dalam bidang akhlak, kenyataan praktik sehar-hari siswa diberi bobot paling besar.

Tes diselenggarakan terutama untuk meng-endorse penguasan siswa, dan mendapatkan feed back bagi kegiatan belajar-mengajar (baik untuk sekolah, guru, maupun siswa sendiri), dan bukan untuk menghukum.

Tentang Kesiapan Siswa Menghadapi Standar non-Lazuardi (Ujian Akhir, Ujian Masuk ke Jenjang Lebih Tinggi, dan Jika Siswa Pindah Sekolah di Tengah Jalan)

Untuk menghadapi ujian akhir atau ujian masuk ke jenjang yang lebih tinggi, Lazuardi menyediakan waktu khusus dan secukupnya (sedikitnya satu semester terakhir) menjelang ujian-ujian tersebut untuk men-drill para siswa dengan unsur-unsur kurikulum nasional yang tidak tercakup dalam kurikulum khas Lazuardi dalam semacam bimbingan tes in house. Penyediaan waktu ini dapat dimungkinkan mengingat kurikulum khas Lazuardi bisa diselesaikan lebih cepat sehubungan dengan pengurangan beban kurikulum nasional yang dilakukannya.

Berdasar pengamatan Lazuardi, ujian-ujian terstandardisasikan yang bersifat nasional dan masih berorientasi kurikulum model tradisional akan makin kurang kepentingannya. Ujian akhir SD sudah dihilangkan, kemungkinan besar juga SMP, bahkan SMA. Kalau pun ada, fungsinya akan diarahkan sebagai alat untuk mendapatkan feed back bagi pemerintah mengenai kualitas umum pendidikan nasional kita.

Ujian masuk sekolah pun kemungkinan akan lebih berorientasi kepada aptitude test yang menguji kemampuan dasar dan umum, yang tak membutuhkan penguasaan mendetil dan hafalan terhadap suatu spektrum luas tema-tema dan topik bahasan. Yakni semacam SAT (Standard Aptitude Test) dan GRE (General Record Examination) yang selama ini sudah diterapkan di negara-negara maju. Kecenderungan ini sudah mulai terlihat dalam tes masuk PT-PT berkualitas di negeri kita, seperti ITB, UGM, IPB, dan sebagainya. Diduga kecenderungan seperti ini akan makin nyata di masa-masa mendatang.

Dalam hal siswa terpaksa harus pindah sekolah di tengah jalan, diharapkan orang tua dapat mencarikan sekolah yang memiliki kesejalanan dengan konsep Lazuardi. Atau, kalau tidak, diharapkan keterampilan belajar siswa yang telah ditanamkan di Lazuardi dapat membantu anak mengejar tema-tema bahasan yang belum dikuasainya.

Tentang Kaidah Semua Anak Naik Kelas

Lazuardi menganggap sebagaimana sistem yang diterapkan di negara-negara maju, siswa harus menempati jenjang pendidikan berdasar usianya. Membiarkan anak tetap tinggal di kelasnya yang lama karena kurangnya prestasi akademik, lebih banyak merugikan siswa ketimbang menguntungkan. Hal seperti ini lebih sering merusak self confident siswa, mencerabutnya dari jaringan-sosialnya, dan dengan demikian tidak banyak membantu membangkitkan semangatnya. Yang sering terjadi, anak yang tinggal kelas akan terus mundur prestasinya. Yang lebih diperlukan adalah program remedial dan upaya untuk membangkitkan semangat belajar siswa yang mundur. Khususnya untuk jenjang-jenjang pendidikan rendah, keberhasilan siswa masih amat tergantung dan lebih merupakan tanggung jawab guru dan sekolah.

Siswa dapat saja tidak dinaikkan kelas karena alasan-alasan yang amat khusus, umumnya terkait dengan persoalan sikap, misal banyak melanggar kedisiplinan dan aturan sekolah sering tidak masuk sekolah ditambah kurangnya perhatian orang tua, atau karena alasan-alasan lain yang dapat diterima. Namun, sebelumnya sudah harus dilakukan peringatan dan diambil tindakan-tindakan seperlunya. Keputusan untuk tak menaikkan kelas harus mendapatkan approval dari Direktur Sekolah.

Tentang Nilai Penting Membaca dan Menulis

Perlu penekanan khusus pada peningkatan kemampuan membaca dan menulis siswa. Karena, kegiatan membaca dan menulis sudah disepakati amat sentral dalam menentukan kesuksesan, sekaligus menunjang pencapaian kesejahteraan dan kebahagiaan hidup. Membaca bukan saja menambah ilmu dan wawasan yang makin krusial dalam lingkungan yang berubah secara amat cepat melainkan juga dapat meningkatkan daya tahan (resilience. Adversity Quotient), sekaligus juga memiliki unsur eksistensial dan terapeutik. Menulis adalah medium ekspresi dan komunikasi, serta memiliki juga unsur terapeutik. (Dalam hubungannya dengan kegiatan menulis ini, kegiatan membaca juga memiliki peran yang amat menetukan). Sepintar apapun dan seluas apa pun wawasan seseorang, kesemuanya itu tak akan banyak berguna jika tak terkomunukasikan.

Tentang Prinsip Pendidikan Inklusi

Lazuardi percaya bahwa setiap anak dapat didik untuk hidup sejahtera dan berhak untuk mendapatkan pendidikan yang terbaik. Di sisi lain, Lazuardi juga percaya bahwa anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus (special needs) akan terdidik dengan cara paling baik jika diakomodasi dalam sebuah pendidikan umum bersama anak-anak yang tak memiliki kebutuhan khusus. Menempatkan anak-anak seperti ini dalam suatu pendidikan khusus, meski mungkin lebih praktis, hanya akan mempersempit dunianya, dan memperkecil ruangnya untuk belajar lebih banyak dari dunia yang lebih luas. Sekaligus juga lebih memungkinkan mereka untuk memola cara-hidup mereka sesuai dengan cara hidup orang-orang yang tak memiliki kebutuhan khusus pada umumnya.

Meski demikian, Lazuardi juga menyadari bahwa anak-anak dengan kebutuhan khusus seperti ini memerlukan sebatas tertentu terapi untuk mengatasi atau mengurangi hambatan akibat kebutuhan-kebutuhan-khusus mereka tersebut. Karena itu, Lazuardi juga menyediakan kelas khusus dengan nama Kelas Pelangi untuk menyelenggarakan terapi-terapi tambahan seperti itu. Sejalan dengan itu, Lazuardi juga mempekerjakan terapis-terapis yang ahli di bidangnya untuk menangani anak-anak dengan kebutuhan khusus seperti ini.

Pada praktitknya, keberadaan anak-anak dengan kebutuhan khusus ini ternyata juga memberikan dampak positif pada anak-anak lainnya. Yakni, dalam bentuk tumbuhnya kasih sayang dan rasa pengertian kepada teman-teman spesial mereka ini. Secara tidak langsung, hal ini menjadi semacam medium pendidikan emotional intelligence (khususnya aspek interpersonal intelligence), yang terbukti akan amat bermanfaat bagi kesuksesan hidup mereka kelak,

Tentang Pengajaran Agama

Pengajaran agama di Lazuardi, selain dimaksudkan untuk memberikan keterampilan menjalankan ibadah, diarahkan terutama untuk menanamkan akhlak mulia kepada para siswanya. Karenanya, orientasinya lebih kepada ranah afektif (sikap) dan psikomotorik praktis), ketimbang kognitif.

Selain itu, pengajaran juga diarahkan kepada penghayatan agama yang bersifat terbuka dan progresif, yakni sejalan dengan kemajuan dan kebutuhan zaman, tanpa mengorbankan prinsip-prinsip dasar agama. Termasuk di dalamnya toleransi inter dan antaragama, yakni toleransi kepada berbagai kelompok di lingkungan persaudaraan Islam, maupun kepada masyarakat beragama lain.

PRE-TK / TK
SD

Apakah Project-Based Learning?

Project-Based Learning(PBL) adalah pendekatan pengajaran yang secara sistematik melibatkan siswa secara aktif dalam memperoleh pengetahuan, meningkatkan pemahaman dan kecakapan hidup melalui serangkaian proses penyelidikan dan pencarian informasi yang memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat kompleks dan autentik dalam kegiatan atau proyek tertentu.

Project-Based Learning merupakan pendekatan dinamis terhadap pengajaran dan pembelajaran yang semakin diterima di dunia pendidikan. Kegiatan pembelajaran PBL, di mana siswa mengeksplorasi masalah dan tantangan dunia nyata, semakin populer dan terbukti melibatkan minat dan motivasi diri siswa.

Apakah Project-Based Learning sama dengan project yang biasa ditugaskan guru selama ini?

Penugasan project selama ini  memang cukup berhasil, namun tidak semua “project” mengarah pada pembelajaran.  Seringkali project dikerjakan sendiri tanpa mempertimbangkan pentingnya kerja sama kelompok atau malah dikerjakan oleh orangtua. Bahkan jika dilakukan dalam kelompok, kontribusi siswa secara individual tidak terlihat, atau tidak semua anggota tim berperan secara memadai. Kelemahan lain adalah penilaian yang lebih menekankan pada hasil  tinimbang proses.

Project-Based Learning mengatasi masalah tersebut dengan adanya metodologi yang tepat. Sebuah project yang baik harus berakar dari riset dan memiliki tiga unsur penting: penguasaan konten, penggunaan dan pengembangan keterampilan menyelesaikan masalah dan kecakapan lain yang termasuk dalam Kecakapan Abad Ke-21, serta penguasaan mendalam tentang subyek yang dipelajari.

Apa saja faktor-faktor penting dalam kerangka pembelajaran Project-Based Learning?

Project-Based Learning dirancang dengan mempertimbangkan beberapa faktor penting:

  • Lingkungan belajar yang aman dan terhormat
    • Keamanan fisik dan intelektual bagi semua siswa harus dilindungi sehingga siswa dapat mengambil risiko yang dituntut dalam situasi project yang kompleks. Guruharus menetapkan batas-batas perilaku yang jelas dan mendukung suatu

 

  • atmosfer di mana gagasan yang berbeda dapat bersanding dengan saling menghormati.

 

  • Hubungan guru dan siswa yang personal
    • Guruharus mengenal siswanya dengan cukup baik untuk menjadi mitra pendidik orangtua di sekolah. Ini membutuhkan niat membangun hubungan baik dengan siswa, bersedia mendengarkan dengan hormat dan aktif, dan menyediakan kesempatan nyata bagi siswa untuk turut membentuk lingkungan belajar mereka.
  • Hubungan sesama siswa yang produktif
    • Kemampuan kerjasama tim yang baik yang disyaratkan sebagian besar project membutuhkan lingkungan kelas di mana siswa saling mengenal, mempercayai dan menghargai serta siap terlibat dalam situasi kolaborasi yang kental.
  • Transformasi peran guru
    • PBL mengubah peran guru dari penyedia materi menjadi koordinator pembelajaran. Guruakan mengurangi waktu menerangkan dan mengarahkan, dan sebaliknya akan lebih banyak merencakan, mengamati, mendengarkan, melatih, memfasilitasi dan membentuk karakter.
  • Keterlibatan dan komitmen guru yang semakin intens
    • Guru harus memberi teladan komitmen yang tinggi. Ini berarti bersedia melakukan lebih dari yang diharapkan siswa, merespon kebutuhan individual, mempertahankan harapan keberhasilan bagi semua, dan menolak membiarkan siswa “bersembunyi” atau lolos dengan usaha yang setengah-setengah.
  • Keterlibatan orangtua dalam pembelajaran
    • Orangtua dapat memainkan peran penting dengan membantu siswa dalam proses penyidikan dan pencarian (inquiry), menyediakan sumberdaya tambahan, mendampingi siswa dalam kunjungan belajar yang sesuai dan menjadi penonton dalam eksibisi publik.
  • Kemitraan dengan masyarakat
    • Organisasi kemasyarakatan, perusahaan, dan institusi pendidikan tinggi juga dapat mendukung PBL dalam berbagai cara. Beberapa mitra dapat menyediakan project pendorong (impetusproject) dengan memberdayakan siswa untuk memecahkan masalah riil untuk sekolah, perusahaan atau organisasi mereka. Pihak lain dapat bekerjasama dengan menyediakan mentor, pengarah project, pakar, dan panel penilai unjuk kerja.

Bagaimana teknis penerapan Project-Based Learning di Lazuardi GCS?

Pada tahun ajaran 2013-2014, telah dibuka satu kelas program PBL di Kelas 1, sementara Kelas 1 lainnya tetap menjalankan program reguler. Siswamengikuti model PBL mulai Kelas1 hingga Kelas5. Di Kelas 6, siswa akan mengikuti persiapan Ujian Nasional secara intensif untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Bagi siswa program PBL, mata pelajaran Bahasa Indonesia, Social Studies, Science, Health, Math dan PKn akan terintegrasi dalam project mereka. Siswa program PBL akan bergabung dengan siswa program reguler dalam mata pelajaran lain seperti dalam Olahraga, Art, Pendidikan Islam, English Language Arts; dan kegiatan tambahanseperti Club dan Unit Activity.

Apakah ada kriteria khusus bagi peserta program PBL?

Kegiatan belajar dengan pendekatan Project-Based Learning  mensyaratkan kemandirian siswa dan dukungan orangtua untuk secara intens terlibat dalam pembelajaran. Selain kedua hal tersebut, tidak ada persyaratan lain. Biaya program Project-Based Learning sama dengan biaya kelas reguler.Jika orangtua berminat mengikutsertakan putra/putrinya dalam program ini, silakan menghubungi sekolah untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut.

Apakah yang dimaksud dengan LSP (Lower Secondary Programme)?

Cambridge Lower Secondary Program adalah program Cambridge University, Inggris, untuk peningkatan kualitas pedidikan menengah pertama (SMP) – khususnya dalam 3 bidang utama, Bahasa Inggris, Matematika dan Sains.

Notes: LSP ini masih tercantum di brosur. Ada informasi bahwa LSP sudah di update dengan program Secondary 1. (bisa di cross check ke ASEO)

Bagaimana dengan siswa tidak bisa berbahasa Inggris yang mengikuti kurikulum Cambridge?

SMP Lazuardi mengadakan berbagai program pengembangan bahasa Inggris. Dengan kemauan yang kuat dan penuh rasa percaya diri, siswa yang belum terbiasa berbahasa Inggris seiring perjalanan waktu akan terbiasa berbahasa Inggris. Begitu pula dengan penggunaan bahasa Inggris dalam pembelajaran berkurikulum Cambridge di kelas.

Lulusan SMP Lazuardi melanjutkan ke SMA mana saja?

Ada yang melanjutkan ke SMA Negeri (Depok dan Jakarta), ada yang melanjutkan ke SMA swasta.

Bagaimana chance SMP Lazuardi untuk masuk ke SMA Negeri?

Berdasarkan pengalaman siswa-siswa yang sudah lulus, banyak siswa yang dapat melanjutkan ke SMA negeri. Baik alumni siswa kami yang berasal dari SMA negeri atau swasta pun pada akhirnya tetap dapat melanjutkan ke universitas negeri.

Apakah sering terjadi bullying?

Kemungkinan Bullying  sangat kecil terjadi karena banyaknya program yang dilakukan SMP Lazuardi untuk menekannya, antara lain: guru kelas stand by di kelas. Setiap guru fokus dan mengawasi perilaku siswa. Ada jadwal guru piket di setiap kegiatan rutin dan keseharian siswa,. Pelaksanaan pembelajaran program Unit Aktivitas yang setiap kelompoknya terdiri atas gabungan siswa ketiga jenjang (7-9) sehingga siswa terlatih untuk bekerja sama dan berinteraksi dengan welas asih.

Seberapa banyak materi pelajaran agama Islam yang diberikan dan dalam bentuk apa saja?

Selain materi pelajaran sesuai kurikulum 2013, SMP Lazuardi memiliki banyak program pelajaran Agama Islam yang diterapkan dalam keseharian siswa di sekolah. Antara lain mengaji, ratiban, shalat berjamaah, doa bersama. Selain itu, siswa mengikuti kegiatan rutin berdasarkan waktu tertentu, yaitu Tahajud Bersama yang diadakan sekitar2-3 kali dalam setahun  dan kegiatan perayaan hari-hari besar Agama Islam.

Apa saja kegiatan ekskul yang diadakan di sekolah?

Antara lain ekskul panahan, renang, taekwondo, mangaa, mini orkestra.

Apakah tersedia fasilitas antar jemput?

Ya, tersedia sesuai area yang ditentukan oleh sekolah.

Pukul berapa kegiatan pembelajaran dimulai dan selesai?

Pembelajaran dimulai pukul  7.30 dan selesai pada pukul 14.35 WIB.

Bagaimana persiapan UN nanti?

Seluruh kegiatan pembelajaran siswa kelas 9 akan difokuskan pada persiapan Ujian Nasional (UN). Persiapan yang dilakukan adalah: try out, latihan soal di kelas, bimbingan belajar bersama guru-guru di sekolah dengan jadwal khusus

Perbedaan antara ekskul, UA, dan club

Ekskul (ekstrakurikuler) adalah kegiatan yang dapat dipilih siswa sesuai minatnya dan tidak termasuk dalam materi pembelajaran. Diadakan saat pulang sekolah atau hari Sabtu, memerlukan biaya khusus jika siswa ingin mengikutinya.

UA (Unit Aktivitas) adalah kegiatan pembelajaran (program pengembangan life skills)yang terbagi atas beberapa paket, sudah termasuk dalam biaya sekolah, dan wajib diikuti oleh seluruh siswa. Setiap paket terdiri dari beberapa bidang: olahraga, musik, Art, pengembangan diri, dan IT.

Club adalah program pengembangan khusus siswa yang berbakat/berpotensi dalam bidang tertentu, contohnya: Club Band, Club Science. Tidak dikenakan biaya untuk bergabung dalam club tertentu. Keikutsertaannya atas rekomendasi guru.

SMP

Frequently Asked Questions

Tentang Beban Kurikulum

Lazuardi meminimumkan beban kurikulum hingga sebatas yang benar-benar diperlukan, sejalan dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, yakni mempersiapkan para siswanya untuk menjadi orang-orang yang sukses dan sejahtera secara fisik, mental, dan spiritual. Dengan kata lain, membekali mereka tidak hanya pengetahuan, namun juga ahklak, life skills dan kepekaan lingkungan,  sebagaimana dicanangkan oleh Kurikulum 2013.

Bagi Lazuardi, unsur-unsur life skills itu mencakup

  • Kecintaan kepada ilmu pengetahuan
  • Keterampilan belajar (mencari ilmu)
  • Keterampilan berkomunikasi, dalam berbagai bahasa khususnya bahasa Indonesia dan Inggris secara lisan, tertulis, maupun dengan mempergunakan tools lain, seperti komputer, audio-visual, dsb.
  • Kepercayaan diri
  • Akhlak mulia
  • Kepekaan Sosial
  • Penghargaan kepada lingkungan hidup

Penetapan mata pelajaran, tema-tema, dan topik-topik bahasan dilakukan dengan sepenuhnya mengacu kepada kebutuhan akan penanaman life skills tersebut di atas. Yang tidak sejalan dengan itu, meski masuk dalam Kurikulum Nasional, akan dihilangkan. Sementara yang perlu, dan belum tersedia, akan ditambahkan.

Dalam penyusunan kurikulum, Lazuardi juga belajar dari dan mengakomodasikan unsur-unsur yang baik dari berbagai pendidikan lain, baik di dalam maupun di luar negeri.

Tentang Keketatan Standar Pencapaian

Meski menyederhanakan beban kurikulum, sama sekali tak berarti bahwa Lazuardi hendak mengendorkan standar pencapaian atau prestasi siswa. Sebaliknya, pengurangan beban tersebut dilakukan justru agar tersedia cukup waktu dan sumberdaya untuk mencapai tingkat pencapaian maksimum dalam bidang-bidang yang menjadi sasaran pendidikan di Lazuardi seperti tersebut di atas. Tegasnya, Lazuardi menetapkan dan mengejar tingkat tertinggi pencapaian para siswanya.

Tentang Ketiadaan Tes Masuk dan Observasi

Ketiadaan tes masuk sama sekali tak ada hubungannya dengan standar prestasi yang hendak dicapai. Tes masuk ditiadakan karena sedikitnya 2 alasan :

  • Agar tak ada diskriminasi berdasar kemampuan akademik anak. Menurut keyakinan para pendiri Lazuardi, setiap anak berhak mendapatkan pendidikan terbaik. Bahkan Lazuardi menerima siswa yang memiliki kebutuhan khusus yang sesungguhnya secara potensial dapat menghambat perkembangan kegiatan belajarnya.
  • Kedua, Lazuardi percaya bahwa sekolah yang baik adalah yang dapat mengembangkan potensi siswanya, seperti apa pun kesiapan-akademiknya, menuju kehidupan yang sukses dan sejahtera.

Sebagai ganti tes masuk, Lazuardi mewajibkan para siswanya yang telah diterima semata-mata on first come first served basis untuk mengikuti observasi. Observasi ini dilakukan semata-mata untuk mengumpulkan informasi akan kesiapan, kelebihan, dan kekurangan siswa agar dengan demikian bisa dirancang kegiatan pembelajaran yang sesuai untuk masing-masing siswa tersebut.

Lazuardi juga menerapkan sistem remedial untuk siswa yang terlambat, dan pengayaan untuk siswa yang memiliki kelebihan di bidang-bidang tertentu.

Tentang Fun Learning, Suasana Demokratis, dan Disiplin

Meski sepenuhnya percaya bahwa para siswa akan belajar paling baik dalam suasana nyaman, fun, dan demokratis, Lazuardi juga percaya pada keharusan menegakkan disiplin di kalangan para siswanya. Menciptakan lingkungan yang nyaman, fun, serta demokratis merupakan suatu hal, sedang penegakan disiplin adalah hal lain. Bahkan, pendekatan belajar-mengajar yang fun dan demokratis justru lebih membutuhkan disiplin yang ketat agar tidak terjadi chaos.

Pendisiplinan siswa dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal sedapat mungkin ditetapkan sebagai konsensus dengan para siswa sendiri adil, serta tidak merusak harga diri dan kepercayaan diri siswa. Di sini perlu dikembangkan apa yang biasa disebut sebagai disiplin positif.

Tentang Hafalan

Hafalan dibatasi (diminimumkan) hanya pada hal-hal yang tak bisa tidak memang harus dihafal, seperti contohnya aritmatika, bacaan shalat dan doa-doa, dan sebagainya. Selebihnya hafalan tidak diperlukan. Jika seorang siswa sudah memiliki kecintaan kepada ilmu pengetahuan, dan tahu caranya mencari ilmu, maka keberadaan alat-alat teknologi (menyimpan dan mencari) informasi seperti komputer, internet, yang di masa-masa yang akan datang akan menjadi lebih praktis, kecil, ringan, powerful, dan affordable sudah cukup untuk menggantikan fungsi hafalan, sekaligus dalam terus meng-update wawasan dan pengetahuan.

Hal ini mengingat, bahwa cepatnya perubahan zaman, akan banyak bahan yang telah dihafal kehilangan relevansinya (kedaluwarsa, obsolete) ketika anak-anak menjadi dewasa. Belum lagi jika kita sadari bahwa banyak bahan yang dihafal kenyatannya mudah terlupa.

Tentang Pekerjaan Rumah

Pekerjaan rumah yang menyita waktu siswa untuk kegiatan bermain, bersosialisasi dengan keluarga, dan kegiatan-kegiatan tambahan di luar sekolah, serta membebani juga diminimumkan. Meski demikian, tetap diperlukan pekerjaan rumah untuk pelajaran-pelajaran yang memerlukan banyak latihan (drill) seperti membaca, menulis, matematika dan kegiatan-kegiatan (projects) yang membutuhkan interaksi dengan lingkungan luar sekolah, wawancara, penelitian, dan sebagainya.

Namun, kapan saja dimungkinkan, hendaknya PR-PR tersebut juga mengandung unsur yang menyenangkan bagi siswa sehingga tak terlalu menambah beban dan tingkat stres siswa (kadang-kadang juga keluarganya).

Tentang Penerapan Bilingual Teaching

Bilingual Teaching, yakni penggunaan Bahasa Inggris di samping bahasa Indonesia sebagai medium pengajaran, dilakukan secara bertahap sesuai dengan kesiapan siswa dan guru. Program ini dimulai pada tahun ajaran 2003/2004. Penerapan program ini secara relatif penuh dimulai dengan kelas I SD pada tahun ajaran itu dan berlanjut untuk kelas-kelas I pada tahun-tahun setelah itu. Sehingga,diharapkan, program bilingual ini bisa diterapkan dengan penuh pada tahun ke-6 setelah pencanangannya (Tahun ajaran 2009/2010). Pemilihan kelas I ini terutama diambil karena sebagian besar siswa kelas I adalah lulusan TK Lazuardi yang relatif sudah lebih siap. Meskipun demikian, di kelas-kelas lain metode bilingual juga diterapkan sesuai kesiapan siswa.

Tentang Text Books dan Bahan Ajar

Karena tak sepenuhnya mengikuti Kurikulum Nasional, maka Lazuardi juga tak sepenuhnya menggunakan text books yang dibuat berdasar kurikulum Nasional tersebut. Saat ini SD Lazuardi mempergunakan buku yang dipakai di sekolah Singapura (Seri My Pals) karena sejauh ini diangap paling sesuai dengan kurikulum khas Lazuardi. Selain itu, digunakan juga handouts yang dikembangkan sendiri oleh para guru. Secara bertahap diharapkan kumpulan handouts akan menjadi bahan ajar utama di Lazuardi.

Juga, terbuka kemungkinan di waktu-waktu yang tepat digunakan text book pendukung lain, bisa dari Eropa, atau Amerika, atau dari negara-negara lain, atau bahkan dari dalam negeri juga. Penggunan text books berbahasa Inggris diharapkan juga dapat lebih mendukung program bilingual teaching.

Tentang Tes dan Ujian

Bahan-bahan untuk keperluan penilaian (assesment) dan ujian (examination) dipilih yang sepenuhnya sejalan dngan kurikulum khas Lazuardi. Kecuali dalam bidang-bidang tertentu yang memang membutuhkan hafalan seperti disinggung sebelumnya penilaian dan ujian diarahkan untuk menilai pemahaman dan penguasaan siswa atas dasar-dasar ilmu dan wawasan umum, bukan hafalan-hafalan.

Penilaian juga tak hanya mengambil bentuk tes tertulis, melainkan juga tes praktik maupun kenyataan praktik sehari-hari siswa dalam kehidupan sekolah, sesuai dengan sifat kemampuan yang diharapkan dari siswa apakah kognitif, afektif, atau psikomotorik.

Bobot penilaian antara tes tertulis, tes praktik, dan kenyataan praktik sehari-hari untuk masing-masing bidang pelajaran bisa bervariasi tergantung pada jenis kemampuan yang diharapkan tersebut. Misal, pada tes olah raga, nilai tes praktik akan jauh lebih besar dari nilai tes tertulis, demikian juga mengaji dan melakukan ibadah-ibadah ritual. Dalam bidang akhlak, kenyataan praktik sehar-hari siswa diberi bobot paling besar.

Tes diselenggarakan terutama untuk meng-endorse penguasan siswa, dan mendapatkan feed back bagi kegiatan belajar-mengajar (baik untuk sekolah, guru, maupun siswa sendiri), dan bukan untuk menghukum.

Tentang Kesiapan Siswa Menghadapi Standar non-Lazuardi (Ujian Akhir, Ujian Masuk ke Jenjang Lebih Tinggi, dan Jika Siswa Pindah Sekolah di Tengah Jalan)

Untuk menghadapi ujian akhir atau ujian masuk ke jenjang yang lebih tinggi, Lazuardi menyediakan waktu khusus dan secukupnya (sedikitnya satu semester terakhir) menjelang ujian-ujian tersebut untuk men-drill para siswa dengan unsur-unsur kurikulum nasional yang tidak tercakup dalam kurikulum khas Lazuardi dalam semacam bimbingan tes in house. Penyediaan waktu ini dapat dimungkinkan mengingat kurikulum khas Lazuardi bisa diselesaikan lebih cepat sehubungan dengan pengurangan beban kurikulum nasional yang dilakukannya.

Berdasar pengamatan Lazuardi, ujian-ujian terstandardisasikan yang bersifat nasional dan masih berorientasi kurikulum model tradisional akan makin kurang kepentingannya. Ujian akhir SD sudah dihilangkan, kemungkinan besar juga SMP, bahkan SMA. Kalau pun ada, fungsinya akan diarahkan sebagai alat untuk mendapatkan feed back bagi pemerintah mengenai kualitas umum pendidikan nasional kita.

Ujian masuk sekolah pun kemungkinan akan lebih berorientasi kepada aptitude test yang menguji kemampuan dasar dan umum, yang tak membutuhkan penguasaan mendetil dan hafalan terhadap suatu spektrum luas tema-tema dan topik bahasan. Yakni semacam SAT (Standard Aptitude Test) dan GRE (General Record Examination) yang selama ini sudah diterapkan di negara-negara maju. Kecenderungan ini sudah mulai terlihat dalam tes masuk PT-PT berkualitas di negeri kita, seperti ITB, UGM, IPB, dan sebagainya. Diduga kecenderungan seperti ini akan makin nyata di masa-masa mendatang.

Dalam hal siswa terpaksa harus pindah sekolah di tengah jalan, diharapkan orang tua dapat mencarikan sekolah yang memiliki kesejalanan dengan konsep Lazuardi. Atau, kalau tidak, diharapkan keterampilan belajar siswa yang telah ditanamkan di Lazuardi dapat membantu anak mengejar tema-tema bahasan yang belum dikuasainya.

Tentang Kaidah Semua Anak Naik Kelas

Lazuardi menganggap sebagaimana sistem yang diterapkan di negara-negara maju, siswa harus menempati jenjang pendidikan berdasar usianya. Membiarkan anak tetap tinggal di kelasnya yang lama karena kurangnya prestasi akademik, lebih banyak merugikan siswa ketimbang menguntungkan. Hal seperti ini lebih sering merusak self confident siswa, mencerabutnya dari jaringan-sosialnya, dan dengan demikian tidak banyak membantu membangkitkan semangatnya. Yang sering terjadi, anak yang tinggal kelas akan terus mundur prestasinya. Yang lebih diperlukan adalah program remedial dan upaya untuk membangkitkan semangat belajar siswa yang mundur. Khususnya untuk jenjang-jenjang pendidikan rendah, keberhasilan siswa masih amat tergantung dan lebih merupakan tanggung jawab guru dan sekolah.

Siswa dapat saja tidak dinaikkan kelas karena alasan-alasan yang amat khusus, umumnya terkait dengan persoalan sikap, misal banyak melanggar kedisiplinan dan aturan sekolah sering tidak masuk sekolah ditambah kurangnya perhatian orang tua, atau karena alasan-alasan lain yang dapat diterima. Namun, sebelumnya sudah harus dilakukan peringatan dan diambil tindakan-tindakan seperlunya. Keputusan untuk tak menaikkan kelas harus mendapatkan approval dari Direktur Sekolah.

Tentang Nilai Penting Membaca dan Menulis

Perlu penekanan khusus pada peningkatan kemampuan membaca dan menulis siswa. Karena, kegiatan membaca dan menulis sudah disepakati amat sentral dalam menentukan kesuksesan, sekaligus menunjang pencapaian kesejahteraan dan kebahagiaan hidup. Membaca bukan saja menambah ilmu dan wawasan yang makin krusial dalam lingkungan yang berubah secara amat cepat melainkan juga dapat meningkatkan daya tahan (resilience. Adversity Quotient), sekaligus juga memiliki unsur eksistensial dan terapeutik. Menulis adalah medium ekspresi dan komunikasi, serta memiliki juga unsur terapeutik. (Dalam hubungannya dengan kegiatan menulis ini, kegiatan membaca juga memiliki peran yang amat menetukan). Sepintar apapun dan seluas apa pun wawasan seseorang, kesemuanya itu tak akan banyak berguna jika tak terkomunukasikan.

Tentang Prinsip Pendidikan Inklusi

Lazuardi percaya bahwa setiap anak dapat didik untuk hidup sejahtera dan berhak untuk mendapatkan pendidikan yang terbaik. Di sisi lain, Lazuardi juga percaya bahwa anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus (special needs) akan terdidik dengan cara paling baik jika diakomodasi dalam sebuah pendidikan umum bersama anak-anak yang tak memiliki kebutuhan khusus. Menempatkan anak-anak seperti ini dalam suatu pendidikan khusus, meski mungkin lebih praktis, hanya akan mempersempit dunianya, dan memperkecil ruangnya untuk belajar lebih banyak dari dunia yang lebih luas. Sekaligus juga lebih memungkinkan mereka untuk memola cara-hidup mereka sesuai dengan cara hidup orang-orang yang tak memiliki kebutuhan khusus pada umumnya.

Meski demikian, Lazuardi juga menyadari bahwa anak-anak dengan kebutuhan khusus seperti ini memerlukan sebatas tertentu terapi untuk mengatasi atau mengurangi hambatan akibat kebutuhan-kebutuhan-khusus mereka tersebut. Karena itu, Lazuardi juga menyediakan kelas khusus dengan nama Kelas Pelangi untuk menyelenggarakan terapi-terapi tambahan seperti itu. Sejalan dengan itu, Lazuardi juga mempekerjakan terapis-terapis yang ahli di bidangnya untuk menangani anak-anak dengan kebutuhan khusus seperti ini.

Pada praktitknya, keberadaan anak-anak dengan kebutuhan khusus ini ternyata juga memberikan dampak positif pada anak-anak lainnya. Yakni, dalam bentuk tumbuhnya kasih sayang dan rasa pengertian kepada teman-teman spesial mereka ini. Secara tidak langsung, hal ini menjadi semacam medium pendidikan emotional intelligence (khususnya aspek interpersonal intelligence), yang terbukti akan amat bermanfaat bagi kesuksesan hidup mereka kelak,

Tentang Pengajaran Agama

Pengajaran agama di Lazuardi, selain dimaksudkan untuk memberikan keterampilan menjalankan ibadah, diarahkan terutama untuk menanamkan akhlak mulia kepada para siswanya. Karenanya, orientasinya lebih kepada ranah afektif (sikap) dan psikomotorik praktis), ketimbang kognitif.

Selain itu, pengajaran juga diarahkan kepada penghayatan agama yang bersifat terbuka dan progresif, yakni sejalan dengan kemajuan dan kebutuhan zaman, tanpa mengorbankan prinsip-prinsip dasar agama. Termasuk di dalamnya toleransi inter dan antaragama, yakni toleransi kepada berbagai kelompok di lingkungan persaudaraan Islam, maupun kepada masyarakat beragama lain.

Apakah Project-Based Learning?

Project-Based Learning(PBL) adalah pendekatan pengajaran yang secara sistematik melibatkan siswa secara aktif dalam memperoleh pengetahuan, meningkatkan pemahaman dan kecakapan hidup melalui serangkaian proses penyelidikan dan pencarian informasi yang memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat kompleks dan autentik dalam kegiatan atau proyek tertentu.

Project-Based Learning merupakan pendekatan dinamis terhadap pengajaran dan pembelajaran yang semakin diterima di dunia pendidikan. Kegiatan pembelajaran PBL, di mana siswa mengeksplorasi masalah dan tantangan dunia nyata, semakin populer dan terbukti melibatkan minat dan motivasi diri siswa.

Apakah Project-Based Learning sama dengan project yang biasa ditugaskan guru selama ini?

Penugasan project selama ini  memang cukup berhasil, namun tidak semua “project” mengarah pada pembelajaran.  Seringkali project dikerjakan sendiri tanpa mempertimbangkan pentingnya kerja sama kelompok atau malah dikerjakan oleh orangtua. Bahkan jika dilakukan dalam kelompok, kontribusi siswa secara individual tidak terlihat, atau tidak semua anggota tim berperan secara memadai. Kelemahan lain adalah penilaian yang lebih menekankan pada hasil  tinimbang proses.

Project-Based Learning mengatasi masalah tersebut dengan adanya metodologi yang tepat. Sebuah project yang baik harus berakar dari riset dan memiliki tiga unsur penting: penguasaan konten, penggunaan dan pengembangan keterampilan menyelesaikan masalah dan kecakapan lain yang termasuk dalam Kecakapan Abad Ke-21, serta penguasaan mendalam tentang subyek yang dipelajari.

Apa saja faktor-faktor penting dalam kerangka pembelajaran Project-Based Learning?

Project-Based Learning dirancang dengan mempertimbangkan beberapa faktor penting:

  • Lingkungan belajar yang aman dan terhormat
    • Keamanan fisik dan intelektual bagi semua siswa harus dilindungi sehingga siswa dapat mengambil risiko yang dituntut dalam situasi project yang kompleks. Guruharus menetapkan batas-batas perilaku yang jelas dan mendukung suatu

 

  • atmosfer di mana gagasan yang berbeda dapat bersanding dengan saling menghormati.

 

  • Hubungan guru dan siswa yang personal
    • Guruharus mengenal siswanya dengan cukup baik untuk menjadi mitra pendidik orangtua di sekolah. Ini membutuhkan niat membangun hubungan baik dengan siswa, bersedia mendengarkan dengan hormat dan aktif, dan menyediakan kesempatan nyata bagi siswa untuk turut membentuk lingkungan belajar mereka.
  • Hubungan sesama siswa yang produktif
    • Kemampuan kerjasama tim yang baik yang disyaratkan sebagian besar project membutuhkan lingkungan kelas di mana siswa saling mengenal, mempercayai dan menghargai serta siap terlibat dalam situasi kolaborasi yang kental.
  • Transformasi peran guru
    • PBL mengubah peran guru dari penyedia materi menjadi koordinator pembelajaran. Guruakan mengurangi waktu menerangkan dan mengarahkan, dan sebaliknya akan lebih banyak merencakan, mengamati, mendengarkan, melatih, memfasilitasi dan membentuk karakter.
  • Keterlibatan dan komitmen guru yang semakin intens
    • Guru harus memberi teladan komitmen yang tinggi. Ini berarti bersedia melakukan lebih dari yang diharapkan siswa, merespon kebutuhan individual, mempertahankan harapan keberhasilan bagi semua, dan menolak membiarkan siswa “bersembunyi” atau lolos dengan usaha yang setengah-setengah.
  • Keterlibatan orangtua dalam pembelajaran
    • Orangtua dapat memainkan peran penting dengan membantu siswa dalam proses penyidikan dan pencarian (inquiry), menyediakan sumberdaya tambahan, mendampingi siswa dalam kunjungan belajar yang sesuai dan menjadi penonton dalam eksibisi publik.
  • Kemitraan dengan masyarakat
    • Organisasi kemasyarakatan, perusahaan, dan institusi pendidikan tinggi juga dapat mendukung PBL dalam berbagai cara. Beberapa mitra dapat menyediakan project pendorong (impetusproject) dengan memberdayakan siswa untuk memecahkan masalah riil untuk sekolah, perusahaan atau organisasi mereka. Pihak lain dapat bekerjasama dengan menyediakan mentor, pengarah project, pakar, dan panel penilai unjuk kerja.

Bagaimana teknis penerapan Project-Based Learning di Lazuardi GCS?

Pada tahun ajaran 2013-2014, telah dibuka satu kelas program PBL di Kelas 1, sementara Kelas 1 lainnya tetap menjalankan program reguler. Siswamengikuti model PBL mulai Kelas1 hingga Kelas5. Di Kelas 6, siswa akan mengikuti persiapan Ujian Nasional secara intensif untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Bagi siswa program PBL, mata pelajaran Bahasa Indonesia, Social Studies, Science, Health, Math dan PKn akan terintegrasi dalam project mereka. Siswa program PBL akan bergabung dengan siswa program reguler dalam mata pelajaran lain seperti dalam Olahraga, Art, Pendidikan Islam, English Language Arts; dan kegiatan tambahanseperti Club dan Unit Activity.

Apakah ada kriteria khusus bagi peserta program PBL?

Kegiatan belajar dengan pendekatan Project-Based Learning  mensyaratkan kemandirian siswa dan dukungan orangtua untuk secara intens terlibat dalam pembelajaran. Selain kedua hal tersebut, tidak ada persyaratan lain. Biaya program Project-Based Learning sama dengan biaya kelas reguler.Jika orangtua berminat mengikutsertakan putra/putrinya dalam program ini, silakan menghubungi sekolah untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut.

Apakah yang dimaksud dengan LSP (Lower Secondary Programme)?

Cambridge Lower Secondary Program adalah program Cambridge University, Inggris, untuk peningkatan kualitas pedidikan menengah pertama (SMP) – khususnya dalam 3 bidang utama, Bahasa Inggris, Matematika dan Sains.

Notes: LSP ini masih tercantum di brosur. Ada informasi bahwa LSP sudah di update dengan program Secondary 1. (bisa di cross check ke ASEO)

Bagaimana dengan siswa tidak bisa berbahasa Inggris yang mengikuti kurikulum Cambridge?

SMP Lazuardi mengadakan berbagai program pengembangan bahasa Inggris. Dengan kemauan yang kuat dan penuh rasa percaya diri, siswa yang belum terbiasa berbahasa Inggris seiring perjalanan waktu akan terbiasa berbahasa Inggris. Begitu pula dengan penggunaan bahasa Inggris dalam pembelajaran berkurikulum Cambridge di kelas.

Lulusan SMP Lazuardi melanjutkan ke SMA mana saja?

Ada yang melanjutkan ke SMA Negeri (Depok dan Jakarta), ada yang melanjutkan ke SMA swasta.

Bagaimana chance SMP Lazuardi untuk masuk ke SMA Negeri?

Berdasarkan pengalaman siswa-siswa yang sudah lulus, banyak siswa yang dapat melanjutkan ke SMA negeri. Baik alumni siswa kami yang berasal dari SMA negeri atau swasta pun pada akhirnya tetap dapat melanjutkan ke universitas negeri.

Apakah sering terjadi bullying?

Kemungkinan Bullying  sangat kecil terjadi karena banyaknya program yang dilakukan SMP Lazuardi untuk menekannya, antara lain: guru kelas stand by di kelas. Setiap guru fokus dan mengawasi perilaku siswa. Ada jadwal guru piket di setiap kegiatan rutin dan keseharian siswa,. Pelaksanaan pembelajaran program Unit Aktivitas yang setiap kelompoknya terdiri atas gabungan siswa ketiga jenjang (7-9) sehingga siswa terlatih untuk bekerja sama dan berinteraksi dengan welas asih.

Seberapa banyak materi pelajaran agama Islam yang diberikan dan dalam bentuk apa saja?

Selain materi pelajaran sesuai kurikulum 2013, SMP Lazuardi memiliki banyak program pelajaran Agama Islam yang diterapkan dalam keseharian siswa di sekolah. Antara lain mengaji, ratiban, shalat berjamaah, doa bersama. Selain itu, siswa mengikuti kegiatan rutin berdasarkan waktu tertentu, yaitu Tahajud Bersama yang diadakan sekitar2-3 kali dalam setahun  dan kegiatan perayaan hari-hari besar Agama Islam.

Apa saja kegiatan ekskul yang diadakan di sekolah?

Antara lain ekskul panahan, renang, taekwondo, mangaa, mini orkestra.

Apakah tersedia fasilitas antar jemput?

Ya, tersedia sesuai area yang ditentukan oleh sekolah.

Pukul berapa kegiatan pembelajaran dimulai dan selesai?

Pembelajaran dimulai pukul  7.30 dan selesai pada pukul 14.35 WIB.

Bagaimana persiapan UN nanti?

Seluruh kegiatan pembelajaran siswa kelas 9 akan difokuskan pada persiapan Ujian Nasional (UN). Persiapan yang dilakukan adalah: try out, latihan soal di kelas, bimbingan belajar bersama guru-guru di sekolah dengan jadwal khusus

Perbedaan antara ekskul, UA, dan club

Ekskul (ekstrakurikuler) adalah kegiatan yang dapat dipilih siswa sesuai minatnya dan tidak termasuk dalam materi pembelajaran. Diadakan saat pulang sekolah atau hari Sabtu, memerlukan biaya khusus jika siswa ingin mengikutinya.

UA (Unit Aktivitas) adalah kegiatan pembelajaran (program pengembangan life skills)yang terbagi atas beberapa paket, sudah termasuk dalam biaya sekolah, dan wajib diikuti oleh seluruh siswa. Setiap paket terdiri dari beberapa bidang: olahraga, musik, Art, pengembangan diri, dan IT.

Club adalah program pengembangan khusus siswa yang berbakat/berpotensi dalam bidang tertentu, contohnya: Club Band, Club Science. Tidak dikenakan biaya untuk bergabung dalam club tertentu. Keikutsertaannya atas rekomendasi guru.

GENERAL

Tentang Beban Kurikulum

Lazuardi meminimumkan beban kurikulum hingga sebatas yang benar-benar diperlukan, sejalan dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, yakni mempersiapkan para siswanya untuk menjadi orang-orang yang sukses dan sejahtera secara fisik, mental, dan spiritual. Dengan kata lain, membekali mereka tidak hanya pengetahuan, namun juga ahklak, life skills dan kepekaan lingkungan,  sebagaimana dicanangkan oleh Kurikulum 2013.

Bagi Lazuardi, unsur-unsur life skills itu mencakup

  • Kecintaan kepada ilmu pengetahuan
  • Keterampilan belajar (mencari ilmu)
  • Keterampilan berkomunikasi, dalam berbagai bahasa khususnya bahasa Indonesia dan Inggris secara lisan, tertulis, maupun dengan mempergunakan tools lain, seperti komputer, audio-visual, dsb.
  • Kepercayaan diri
  • Akhlak mulia
  • Kepekaan Sosial
  • Penghargaan kepada lingkungan hidup

Penetapan mata pelajaran, tema-tema, dan topik-topik bahasan dilakukan dengan sepenuhnya mengacu kepada kebutuhan akan penanaman life skills tersebut di atas. Yang tidak sejalan dengan itu, meski masuk dalam Kurikulum Nasional, akan dihilangkan. Sementara yang perlu, dan belum tersedia, akan ditambahkan.

Dalam penyusunan kurikulum, Lazuardi juga belajar dari dan mengakomodasikan unsur-unsur yang baik dari berbagai pendidikan lain, baik di dalam maupun di luar negeri.

Tentang Keketatan Standar Pencapaian

Meski menyederhanakan beban kurikulum, sama sekali tak berarti bahwa Lazuardi hendak mengendorkan standar pencapaian atau prestasi siswa. Sebaliknya, pengurangan beban tersebut dilakukan justru agar tersedia cukup waktu dan sumberdaya untuk mencapai tingkat pencapaian maksimum dalam bidang-bidang yang menjadi sasaran pendidikan di Lazuardi seperti tersebut di atas. Tegasnya, Lazuardi menetapkan dan mengejar tingkat tertinggi pencapaian para siswanya.

Tentang Ketiadaan Tes Masuk dan Observasi

Ketiadaan tes masuk sama sekali tak ada hubungannya dengan standar prestasi yang hendak dicapai. Tes masuk ditiadakan karena sedikitnya 2 alasan :

  • Agar tak ada diskriminasi berdasar kemampuan akademik anak. Menurut keyakinan para pendiri Lazuardi, setiap anak berhak mendapatkan pendidikan terbaik. Bahkan Lazuardi menerima siswa yang memiliki kebutuhan khusus yang sesungguhnya secara potensial dapat menghambat perkembangan kegiatan belajarnya.
  • Kedua, Lazuardi percaya bahwa sekolah yang baik adalah yang dapat mengembangkan potensi siswanya, seperti apa pun kesiapan-akademiknya, menuju kehidupan yang sukses dan sejahtera.

Sebagai ganti tes masuk, Lazuardi mewajibkan para siswanya yang telah diterima semata-mata on first come first served basis untuk mengikuti observasi. Observasi ini dilakukan semata-mata untuk mengumpulkan informasi akan kesiapan, kelebihan, dan kekurangan siswa agar dengan demikian bisa dirancang kegiatan pembelajaran yang sesuai untuk masing-masing siswa tersebut.

Lazuardi juga menerapkan sistem remedial untuk siswa yang terlambat, dan pengayaan untuk siswa yang memiliki kelebihan di bidang-bidang tertentu.

Tentang Fun Learning, Suasana Demokratis, dan Disiplin

Meski sepenuhnya percaya bahwa para siswa akan belajar paling baik dalam suasana nyaman, fun, dan demokratis, Lazuardi juga percaya pada keharusan menegakkan disiplin di kalangan para siswanya. Menciptakan lingkungan yang nyaman, fun, serta demokratis merupakan suatu hal, sedang penegakan disiplin adalah hal lain. Bahkan, pendekatan belajar-mengajar yang fun dan demokratis justru lebih membutuhkan disiplin yang ketat agar tidak terjadi chaos.

Pendisiplinan siswa dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal sedapat mungkin ditetapkan sebagai konsensus dengan para siswa sendiri adil, serta tidak merusak harga diri dan kepercayaan diri siswa. Di sini perlu dikembangkan apa yang biasa disebut sebagai disiplin positif.

Tentang Hafalan

Hafalan dibatasi (diminimumkan) hanya pada hal-hal yang tak bisa tidak memang harus dihafal, seperti contohnya aritmatika, bacaan shalat dan doa-doa, dan sebagainya. Selebihnya hafalan tidak diperlukan. Jika seorang siswa sudah memiliki kecintaan kepada ilmu pengetahuan, dan tahu caranya mencari ilmu, maka keberadaan alat-alat teknologi (menyimpan dan mencari) informasi seperti komputer, internet, yang di masa-masa yang akan datang akan menjadi lebih praktis, kecil, ringan, powerful, dan affordable sudah cukup untuk menggantikan fungsi hafalan, sekaligus dalam terus meng-update wawasan dan pengetahuan.

Hal ini mengingat, bahwa cepatnya perubahan zaman, akan banyak bahan yang telah dihafal kehilangan relevansinya (kedaluwarsa, obsolete) ketika anak-anak menjadi dewasa. Belum lagi jika kita sadari bahwa banyak bahan yang dihafal kenyatannya mudah terlupa.

Tentang Pekerjaan Rumah

Pekerjaan rumah yang menyita waktu siswa untuk kegiatan bermain, bersosialisasi dengan keluarga, dan kegiatan-kegiatan tambahan di luar sekolah, serta membebani juga diminimumkan. Meski demikian, tetap diperlukan pekerjaan rumah untuk pelajaran-pelajaran yang memerlukan banyak latihan (drill) seperti membaca, menulis, matematika dan kegiatan-kegiatan (projects) yang membutuhkan interaksi dengan lingkungan luar sekolah, wawancara, penelitian, dan sebagainya.

Namun, kapan saja dimungkinkan, hendaknya PR-PR tersebut juga mengandung unsur yang menyenangkan bagi siswa sehingga tak terlalu menambah beban dan tingkat stres siswa (kadang-kadang juga keluarganya).

Tentang Penerapan Bilingual Teaching

Bilingual Teaching, yakni penggunaan Bahasa Inggris di samping bahasa Indonesia sebagai medium pengajaran, dilakukan secara bertahap sesuai dengan kesiapan siswa dan guru. Program ini dimulai pada tahun ajaran 2003/2004. Penerapan program ini secara relatif penuh dimulai dengan kelas I SD pada tahun ajaran itu dan berlanjut untuk kelas-kelas I pada tahun-tahun setelah itu. Sehingga,diharapkan, program bilingual ini bisa diterapkan dengan penuh pada tahun ke-6 setelah pencanangannya (Tahun ajaran 2009/2010). Pemilihan kelas I ini terutama diambil karena sebagian besar siswa kelas I adalah lulusan TK Lazuardi yang relatif sudah lebih siap. Meskipun demikian, di kelas-kelas lain metode bilingual juga diterapkan sesuai kesiapan siswa.

Tentang Text Books dan Bahan Ajar

Karena tak sepenuhnya mengikuti Kurikulum Nasional, maka Lazuardi juga tak sepenuhnya menggunakan text books yang dibuat berdasar kurikulum Nasional tersebut. Saat ini SD Lazuardi mempergunakan buku yang dipakai di sekolah Singapura (Seri My Pals) karena sejauh ini diangap paling sesuai dengan kurikulum khas Lazuardi. Selain itu, digunakan juga handouts yang dikembangkan sendiri oleh para guru. Secara bertahap diharapkan kumpulan handouts akan menjadi bahan ajar utama di Lazuardi.

Juga, terbuka kemungkinan di waktu-waktu yang tepat digunakan text book pendukung lain, bisa dari Eropa, atau Amerika, atau dari negara-negara lain, atau bahkan dari dalam negeri juga. Penggunan text books berbahasa Inggris diharapkan juga dapat lebih mendukung program bilingual teaching.

Tentang Tes dan Ujian

Bahan-bahan untuk keperluan penilaian (assesment) dan ujian (examination) dipilih yang sepenuhnya sejalan dngan kurikulum khas Lazuardi. Kecuali dalam bidang-bidang tertentu yang memang membutuhkan hafalan seperti disinggung sebelumnya penilaian dan ujian diarahkan untuk menilai pemahaman dan penguasaan siswa atas dasar-dasar ilmu dan wawasan umum, bukan hafalan-hafalan.

Penilaian juga tak hanya mengambil bentuk tes tertulis, melainkan juga tes praktik maupun kenyataan praktik sehari-hari siswa dalam kehidupan sekolah, sesuai dengan sifat kemampuan yang diharapkan dari siswa apakah kognitif, afektif, atau psikomotorik.

Bobot penilaian antara tes tertulis, tes praktik, dan kenyataan praktik sehari-hari untuk masing-masing bidang pelajaran bisa bervariasi tergantung pada jenis kemampuan yang diharapkan tersebut. Misal, pada tes olah raga, nilai tes praktik akan jauh lebih besar dari nilai tes tertulis, demikian juga mengaji dan melakukan ibadah-ibadah ritual. Dalam bidang akhlak, kenyataan praktik sehar-hari siswa diberi bobot paling besar.

Tes diselenggarakan terutama untuk meng-endorse penguasan siswa, dan mendapatkan feed back bagi kegiatan belajar-mengajar (baik untuk sekolah, guru, maupun siswa sendiri), dan bukan untuk menghukum.

Tentang Kesiapan Siswa Menghadapi Standar non-Lazuardi (Ujian Akhir, Ujian Masuk ke Jenjang Lebih Tinggi, dan Jika Siswa Pindah Sekolah di Tengah Jalan)

Untuk menghadapi ujian akhir atau ujian masuk ke jenjang yang lebih tinggi, Lazuardi menyediakan waktu khusus dan secukupnya (sedikitnya satu semester terakhir) menjelang ujian-ujian tersebut untuk men-drill para siswa dengan unsur-unsur kurikulum nasional yang tidak tercakup dalam kurikulum khas Lazuardi dalam semacam bimbingan tes in house. Penyediaan waktu ini dapat dimungkinkan mengingat kurikulum khas Lazuardi bisa diselesaikan lebih cepat sehubungan dengan pengurangan beban kurikulum nasional yang dilakukannya.

Berdasar pengamatan Lazuardi, ujian-ujian terstandardisasikan yang bersifat nasional dan masih berorientasi kurikulum model tradisional akan makin kurang kepentingannya. Ujian akhir SD sudah dihilangkan, kemungkinan besar juga SMP, bahkan SMA. Kalau pun ada, fungsinya akan diarahkan sebagai alat untuk mendapatkan feed back bagi pemerintah mengenai kualitas umum pendidikan nasional kita.

Ujian masuk sekolah pun kemungkinan akan lebih berorientasi kepada aptitude test yang menguji kemampuan dasar dan umum, yang tak membutuhkan penguasaan mendetil dan hafalan terhadap suatu spektrum luas tema-tema dan topik bahasan. Yakni semacam SAT (Standard Aptitude Test) dan GRE (General Record Examination) yang selama ini sudah diterapkan di negara-negara maju. Kecenderungan ini sudah mulai terlihat dalam tes masuk PT-PT berkualitas di negeri kita, seperti ITB, UGM, IPB, dan sebagainya. Diduga kecenderungan seperti ini akan makin nyata di masa-masa mendatang.

Dalam hal siswa terpaksa harus pindah sekolah di tengah jalan, diharapkan orang tua dapat mencarikan sekolah yang memiliki kesejalanan dengan konsep Lazuardi. Atau, kalau tidak, diharapkan keterampilan belajar siswa yang telah ditanamkan di Lazuardi dapat membantu anak mengejar tema-tema bahasan yang belum dikuasainya.

Tentang Kaidah Semua Anak Naik Kelas

Lazuardi menganggap sebagaimana sistem yang diterapkan di negara-negara maju, siswa harus menempati jenjang pendidikan berdasar usianya. Membiarkan anak tetap tinggal di kelasnya yang lama karena kurangnya prestasi akademik, lebih banyak merugikan siswa ketimbang menguntungkan. Hal seperti ini lebih sering merusak self confident siswa, mencerabutnya dari jaringan-sosialnya, dan dengan demikian tidak banyak membantu membangkitkan semangatnya. Yang sering terjadi, anak yang tinggal kelas akan terus mundur prestasinya. Yang lebih diperlukan adalah program remedial dan upaya untuk membangkitkan semangat belajar siswa yang mundur. Khususnya untuk jenjang-jenjang pendidikan rendah, keberhasilan siswa masih amat tergantung dan lebih merupakan tanggung jawab guru dan sekolah.

Siswa dapat saja tidak dinaikkan kelas karena alasan-alasan yang amat khusus, umumnya terkait dengan persoalan sikap, misal banyak melanggar kedisiplinan dan aturan sekolah sering tidak masuk sekolah ditambah kurangnya perhatian orang tua, atau karena alasan-alasan lain yang dapat diterima. Namun, sebelumnya sudah harus dilakukan peringatan dan diambil tindakan-tindakan seperlunya. Keputusan untuk tak menaikkan kelas harus mendapatkan approval dari Direktur Sekolah.

Tentang Nilai Penting Membaca dan Menulis

Perlu penekanan khusus pada peningkatan kemampuan membaca dan menulis siswa. Karena, kegiatan membaca dan menulis sudah disepakati amat sentral dalam menentukan kesuksesan, sekaligus menunjang pencapaian kesejahteraan dan kebahagiaan hidup. Membaca bukan saja menambah ilmu dan wawasan yang makin krusial dalam lingkungan yang berubah secara amat cepat melainkan juga dapat meningkatkan daya tahan (resilience. Adversity Quotient), sekaligus juga memiliki unsur eksistensial dan terapeutik. Menulis adalah medium ekspresi dan komunikasi, serta memiliki juga unsur terapeutik. (Dalam hubungannya dengan kegiatan menulis ini, kegiatan membaca juga memiliki peran yang amat menetukan). Sepintar apapun dan seluas apa pun wawasan seseorang, kesemuanya itu tak akan banyak berguna jika tak terkomunukasikan.

Tentang Prinsip Pendidikan Inklusi

Lazuardi percaya bahwa setiap anak dapat didik untuk hidup sejahtera dan berhak untuk mendapatkan pendidikan yang terbaik. Di sisi lain, Lazuardi juga percaya bahwa anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus (special needs) akan terdidik dengan cara paling baik jika diakomodasi dalam sebuah pendidikan umum bersama anak-anak yang tak memiliki kebutuhan khusus. Menempatkan anak-anak seperti ini dalam suatu pendidikan khusus, meski mungkin lebih praktis, hanya akan mempersempit dunianya, dan memperkecil ruangnya untuk belajar lebih banyak dari dunia yang lebih luas. Sekaligus juga lebih memungkinkan mereka untuk memola cara-hidup mereka sesuai dengan cara hidup orang-orang yang tak memiliki kebutuhan khusus pada umumnya.

Meski demikian, Lazuardi juga menyadari bahwa anak-anak dengan kebutuhan khusus seperti ini memerlukan sebatas tertentu terapi untuk mengatasi atau mengurangi hambatan akibat kebutuhan-kebutuhan-khusus mereka tersebut. Karena itu, Lazuardi juga menyediakan kelas khusus dengan nama Kelas Pelangi untuk menyelenggarakan terapi-terapi tambahan seperti itu. Sejalan dengan itu, Lazuardi juga mempekerjakan terapis-terapis yang ahli di bidangnya untuk menangani anak-anak dengan kebutuhan khusus seperti ini.

Pada praktitknya, keberadaan anak-anak dengan kebutuhan khusus ini ternyata juga memberikan dampak positif pada anak-anak lainnya. Yakni, dalam bentuk tumbuhnya kasih sayang dan rasa pengertian kepada teman-teman spesial mereka ini. Secara tidak langsung, hal ini menjadi semacam medium pendidikan emotional intelligence (khususnya aspek interpersonal intelligence), yang terbukti akan amat bermanfaat bagi kesuksesan hidup mereka kelak,

Tentang Pengajaran Agama

Pengajaran agama di Lazuardi, selain dimaksudkan untuk memberikan keterampilan menjalankan ibadah, diarahkan terutama untuk menanamkan akhlak mulia kepada para siswanya. Karenanya, orientasinya lebih kepada ranah afektif (sikap) dan psikomotorik praktis), ketimbang kognitif.

Selain itu, pengajaran juga diarahkan kepada penghayatan agama yang bersifat terbuka dan progresif, yakni sejalan dengan kemajuan dan kebutuhan zaman, tanpa mengorbankan prinsip-prinsip dasar agama. Termasuk di dalamnya toleransi inter dan antaragama, yakni toleransi kepada berbagai kelompok di lingkungan persaudaraan Islam, maupun kepada masyarakat beragama lain.

PRE-TK / TK
SD

Apakah Project-Based Learning?

Project-Based Learning(PBL) adalah pendekatan pengajaran yang secara sistematik melibatkan siswa secara aktif dalam memperoleh pengetahuan, meningkatkan pemahaman dan kecakapan hidup melalui serangkaian proses penyelidikan dan pencarian informasi yang memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat kompleks dan autentik dalam kegiatan atau proyek tertentu.

Project-Based Learning merupakan pendekatan dinamis terhadap pengajaran dan pembelajaran yang semakin diterima di dunia pendidikan. Kegiatan pembelajaran PBL, di mana siswa mengeksplorasi masalah dan tantangan dunia nyata, semakin populer dan terbukti melibatkan minat dan motivasi diri siswa.

Apakah Project-Based Learning sama dengan project yang biasa ditugaskan guru selama ini?

Penugasan project selama ini  memang cukup berhasil, namun tidak semua “project” mengarah pada pembelajaran.  Seringkali project dikerjakan sendiri tanpa mempertimbangkan pentingnya kerja sama kelompok atau malah dikerjakan oleh orangtua. Bahkan jika dilakukan dalam kelompok, kontribusi siswa secara individual tidak terlihat, atau tidak semua anggota tim berperan secara memadai. Kelemahan lain adalah penilaian yang lebih menekankan pada hasil  tinimbang proses.

Project-Based Learning mengatasi masalah tersebut dengan adanya metodologi yang tepat. Sebuah project yang baik harus berakar dari riset dan memiliki tiga unsur penting: penguasaan konten, penggunaan dan pengembangan keterampilan menyelesaikan masalah dan kecakapan lain yang termasuk dalam Kecakapan Abad Ke-21, serta penguasaan mendalam tentang subyek yang dipelajari.

Apa saja faktor-faktor penting dalam kerangka pembelajaran Project-Based Learning?

Project-Based Learning dirancang dengan mempertimbangkan beberapa faktor penting:

  • Lingkungan belajar yang aman dan terhormat
    • Keamanan fisik dan intelektual bagi semua siswa harus dilindungi sehingga siswa dapat mengambil risiko yang dituntut dalam situasi project yang kompleks. Guruharus menetapkan batas-batas perilaku yang jelas dan mendukung suatu

 

  • atmosfer di mana gagasan yang berbeda dapat bersanding dengan saling menghormati.

 

  • Hubungan guru dan siswa yang personal
    • Guruharus mengenal siswanya dengan cukup baik untuk menjadi mitra pendidik orangtua di sekolah. Ini membutuhkan niat membangun hubungan baik dengan siswa, bersedia mendengarkan dengan hormat dan aktif, dan menyediakan kesempatan nyata bagi siswa untuk turut membentuk lingkungan belajar mereka.
  • Hubungan sesama siswa yang produktif
    • Kemampuan kerjasama tim yang baik yang disyaratkan sebagian besar project membutuhkan lingkungan kelas di mana siswa saling mengenal, mempercayai dan menghargai serta siap terlibat dalam situasi kolaborasi yang kental.
  • Transformasi peran guru
    • PBL mengubah peran guru dari penyedia materi menjadi koordinator pembelajaran. Guruakan mengurangi waktu menerangkan dan mengarahkan, dan sebaliknya akan lebih banyak merencakan, mengamati, mendengarkan, melatih, memfasilitasi dan membentuk karakter.
  • Keterlibatan dan komitmen guru yang semakin intens
    • Guru harus memberi teladan komitmen yang tinggi. Ini berarti bersedia melakukan lebih dari yang diharapkan siswa, merespon kebutuhan individual, mempertahankan harapan keberhasilan bagi semua, dan menolak membiarkan siswa “bersembunyi” atau lolos dengan usaha yang setengah-setengah.
  • Keterlibatan orangtua dalam pembelajaran
    • Orangtua dapat memainkan peran penting dengan membantu siswa dalam proses penyidikan dan pencarian (inquiry), menyediakan sumberdaya tambahan, mendampingi siswa dalam kunjungan belajar yang sesuai dan menjadi penonton dalam eksibisi publik.
  • Kemitraan dengan masyarakat
    • Organisasi kemasyarakatan, perusahaan, dan institusi pendidikan tinggi juga dapat mendukung PBL dalam berbagai cara. Beberapa mitra dapat menyediakan project pendorong (impetusproject) dengan memberdayakan siswa untuk memecahkan masalah riil untuk sekolah, perusahaan atau organisasi mereka. Pihak lain dapat bekerjasama dengan menyediakan mentor, pengarah project, pakar, dan panel penilai unjuk kerja.

Bagaimana teknis penerapan Project-Based Learning di Lazuardi GCS?

Pada tahun ajaran 2013-2014, telah dibuka satu kelas program PBL di Kelas 1, sementara Kelas 1 lainnya tetap menjalankan program reguler. Siswamengikuti model PBL mulai Kelas1 hingga Kelas5. Di Kelas 6, siswa akan mengikuti persiapan Ujian Nasional secara intensif untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Bagi siswa program PBL, mata pelajaran Bahasa Indonesia, Social Studies, Science, Health, Math dan PKn akan terintegrasi dalam project mereka. Siswa program PBL akan bergabung dengan siswa program reguler dalam mata pelajaran lain seperti dalam Olahraga, Art, Pendidikan Islam, English Language Arts; dan kegiatan tambahanseperti Club dan Unit Activity.

Apakah ada kriteria khusus bagi peserta program PBL?

Kegiatan belajar dengan pendekatan Project-Based Learning  mensyaratkan kemandirian siswa dan dukungan orangtua untuk secara intens terlibat dalam pembelajaran. Selain kedua hal tersebut, tidak ada persyaratan lain. Biaya program Project-Based Learning sama dengan biaya kelas reguler.Jika orangtua berminat mengikutsertakan putra/putrinya dalam program ini, silakan menghubungi sekolah untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut.

Apakah yang dimaksud dengan LSP (Lower Secondary Programme)?

Cambridge Lower Secondary Program adalah program Cambridge University, Inggris, untuk peningkatan kualitas pedidikan menengah pertama (SMP) – khususnya dalam 3 bidang utama, Bahasa Inggris, Matematika dan Sains.

Notes: LSP ini masih tercantum di brosur. Ada informasi bahwa LSP sudah di update dengan program Secondary 1. (bisa di cross check ke ASEO)

Bagaimana dengan siswa tidak bisa berbahasa Inggris yang mengikuti kurikulum Cambridge?

SMP Lazuardi mengadakan berbagai program pengembangan bahasa Inggris. Dengan kemauan yang kuat dan penuh rasa percaya diri, siswa yang belum terbiasa berbahasa Inggris seiring perjalanan waktu akan terbiasa berbahasa Inggris. Begitu pula dengan penggunaan bahasa Inggris dalam pembelajaran berkurikulum Cambridge di kelas.

Lulusan SMP Lazuardi melanjutkan ke SMA mana saja?

Ada yang melanjutkan ke SMA Negeri (Depok dan Jakarta), ada yang melanjutkan ke SMA swasta.

Bagaimana chance SMP Lazuardi untuk masuk ke SMA Negeri?

Berdasarkan pengalaman siswa-siswa yang sudah lulus, banyak siswa yang dapat melanjutkan ke SMA negeri. Baik alumni siswa kami yang berasal dari SMA negeri atau swasta pun pada akhirnya tetap dapat melanjutkan ke universitas negeri.

Apakah sering terjadi bullying?

Kemungkinan Bullying  sangat kecil terjadi karena banyaknya program yang dilakukan SMP Lazuardi untuk menekannya, antara lain: guru kelas stand by di kelas. Setiap guru fokus dan mengawasi perilaku siswa. Ada jadwal guru piket di setiap kegiatan rutin dan keseharian siswa,. Pelaksanaan pembelajaran program Unit Aktivitas yang setiap kelompoknya terdiri atas gabungan siswa ketiga jenjang (7-9) sehingga siswa terlatih untuk bekerja sama dan berinteraksi dengan welas asih.

Seberapa banyak materi pelajaran agama Islam yang diberikan dan dalam bentuk apa saja?

Selain materi pelajaran sesuai kurikulum 2013, SMP Lazuardi memiliki banyak program pelajaran Agama Islam yang diterapkan dalam keseharian siswa di sekolah. Antara lain mengaji, ratiban, shalat berjamaah, doa bersama. Selain itu, siswa mengikuti kegiatan rutin berdasarkan waktu tertentu, yaitu Tahajud Bersama yang diadakan sekitar2-3 kali dalam setahun  dan kegiatan perayaan hari-hari besar Agama Islam.

Apa saja kegiatan ekskul yang diadakan di sekolah?

Antara lain ekskul panahan, renang, taekwondo, mangaa, mini orkestra.

Apakah tersedia fasilitas antar jemput?

Ya, tersedia sesuai area yang ditentukan oleh sekolah.

Pukul berapa kegiatan pembelajaran dimulai dan selesai?

Pembelajaran dimulai pukul  7.30 dan selesai pada pukul 14.35 WIB.

Bagaimana persiapan UN nanti?

Seluruh kegiatan pembelajaran siswa kelas 9 akan difokuskan pada persiapan Ujian Nasional (UN). Persiapan yang dilakukan adalah: try out, latihan soal di kelas, bimbingan belajar bersama guru-guru di sekolah dengan jadwal khusus

Perbedaan antara ekskul, UA, dan club

Ekskul (ekstrakurikuler) adalah kegiatan yang dapat dipilih siswa sesuai minatnya dan tidak termasuk dalam materi pembelajaran. Diadakan saat pulang sekolah atau hari Sabtu, memerlukan biaya khusus jika siswa ingin mengikutinya.

UA (Unit Aktivitas) adalah kegiatan pembelajaran (program pengembangan life skills)yang terbagi atas beberapa paket, sudah termasuk dalam biaya sekolah, dan wajib diikuti oleh seluruh siswa. Setiap paket terdiri dari beberapa bidang: olahraga, musik, Art, pengembangan diri, dan IT.

Club adalah program pengembangan khusus siswa yang berbakat/berpotensi dalam bidang tertentu, contohnya: Club Band, Club Science. Tidak dikenakan biaya untuk bergabung dalam club tertentu. Keikutsertaannya atas rekomendasi guru.

SMP